Tim Penggerak PKK Kota Lubuklinggau Dorong Sistem Pendidikan Inklusif

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Lubuklinggau, Hj Yetti Oktarina/ist
Ketua Tim Penggerak PKK Kota Lubuklinggau, Hj Yetti Oktarina/ist

Ketua Tim Penggerak PKK Kota Lubuklinggau, Hj Yetti Oktarina, menekankan pentingnya implementasi sistem pendidikan inklusif.


"Sudah seharusnya kita melaksanakan pendidikan dengan sistem inklusif karena saat ini kita menghadapi keterbatasan dalam kreativitas," ujar Hj Yetti Oktarina, yang akrab dipanggil Rina, setelah menghadiri acara Advokasi Pemerintah Daerah dalam Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar di Kota Lubuklinggau pada Selasa, 18 Juli 2023.

Beliau menjelaskan bahwa meskipun anak-anak mungkin cerdas secara akademis, namun kreativitas mereka sering terbatas, dan mereka menganggap belajar dan sekolah sebagai hal yang sulit.

"Belajar dan sekolah terasa sulit, tidak mudah bagi mereka," tambahnya.

Bahkan selama dua dekade terakhir, menurutnya, orang tua juga merasa bingung menghadapi pendidikan anak-anak mereka. Terkadang terasa ada target tertentu yang harus dicapai di sekolah "Padahal seharusnya tidak begitu," jelasnya.

Rina mengapresiasi program advokasi pemerintah daerah dalam implementasi Kebijakan Merdeka Belajar, dengan menganggap bahwa pendidikan memegang peran penting.

"Kita seharusnya tidak boleh mengalami kesalahan atau kegagalan dalam pendidikan, terutama pada tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan SD (Sekolah Dasar)," tekannya.

Beliau menyampaikan bahwa pendidikan anak harus bebas dari kesalahan dan kegagalan, dan upaya untuk meminimalkan hal tersebut sangatlah penting. Komunitas belajar, guru, dan pendidik juga harus turut berperan dalam proses ini.

"Perlu perubahan dalam pola pikir dan pendekatan terhadap pendidikan. Kita memerlukan pendidik dan guru yang berkualitas," jelas Rina.

Beliau berharap dengan adanya perubahan tersebut, anak-anak akan lebih bahagia dalam proses belajar.

"Cara berpikir saat ini berbeda. Dulu, tujuan utama adalah mengajarkan anak berhitung. Namun sekarang, tidak hanya berhitung, tetapi juga memahami konsep di balik hitungan tersebut," tambahnya.

Selain itu, Rina juga mengingatkan para pengajar untuk selalu memahami bahwa setiap anak memiliki keunikan dan potensi yang berbeda.

"Setiap anak unik dengan potensi yang berbeda. Proses penilaian tidak boleh hanya berdasarkan nilai semata, tetapi juga harus melibatkan pertimbangan dan pengamatan dari para guru," pungkasnya.