Surplus APBN Sentuh Angka Rp19,7 Triliun, Menkeu: Pembalikan yang Luar Biasa

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (28/3). (Ist/rmolsumsel.id)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (28/3). (Ist/rmolsumsel.id)

Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga akhir Februari 2022 tercatat surplus mencapai Rp19,7 triliun.


“Surplus tersebut berbanding terbalik jika dibandingkan dengan periode yang sama 2021, ketika terjadi defisit Rp63,3 triliun atau 0,37 persen PDB. Dibandingkan dengan tahun lalu yang defisit Rp63,3 triliun, itu juga pembalikan yang luar biasa,” ujar Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, dalam Konferensi Pers APBN Kita, Senin (28/3).

Menkeu mengatakan angka tersebut setara 0,11 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Surplus APBN tersebut terjadi karena pendapatan negara tercatat Rp302,4 triliun dan belanja negara Rp282,7 triliun. Pada akhir Januari 2022 lalu, APBN juga mengalami surplus Rp28,9 triliun atau 0,16 persen PDB.

Menkeu menjelaskan, pendapatan negara yang senilai Rp302,4 triliun mengalami pertumbuhan 37,7 persen secara tahunan. Sementara pada periode yang sama 2021, penerimaannya baru Rp219 triliun atau tumbuh 0,9 persen.

Pendapatan negara tersebut utamanya ditopang penerimaan perpajakan yang mencapai Rp256,2 triliun atau tumbuh 40,9 persen. Angka tersebut terdiri atas penerimaan pajak Rp199,4 triliun serta kepabeanan dan cukai Rp56,7 triliun.

“Kalau kita lihat, pertumbuhannya (pendapatan negara) tinggi, tapi bulan lalu pertumbuhannya lebih tinggi lagi yaitu 54,9 persen,” katanya.

Di sisi lain, Sri Mulyani menyebut realisasi belanja negara hingga Februari 2022 yang senilai Rp282,7 triliun setara dengan 10,4 persen dari pagu Rp2.714,1 triliun. Angka itu sedikit lebih kecil dari periode yang sama 2021 ketika belanja negara mencapai Rp282,9 triliun.

Belanja tersebut terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp172,2 triliun serta transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) senilai Rp110,5 triliun.

Secara keseluruhan, Sri Mulyani memandang kondisi APBN hingga Februari 2022 dalam situasi yang bagus, yakni ketika pendapatan sudah tumbuh kuat dan belanjanya tertahan. Namun, pemerintah akan terus mewaspadai kondisi APBN di tengah berbagai ketidakpastian yang terjadi hingga penghujung 2022.