Sumsel Perkuat Pasokan Bawang Merah Melalui KAD dengan Sulsel dan Enrekang

Suasana pada saat kegiatan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel menandatangani perjanjian kerja sama antar daerah (KAD) dengan Pemerintah Kabupaten Enrekang dan Pemerintah Provinsi Sulsel di Kantor Gubernur Sulsel/ist
Suasana pada saat kegiatan Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel menandatangani perjanjian kerja sama antar daerah (KAD) dengan Pemerintah Kabupaten Enrekang dan Pemerintah Provinsi Sulsel di Kantor Gubernur Sulsel/ist

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Pemerintah Kabupaten Enrekang untuk memastikan pasokan bawang merah di Sumsel, khususnya di Kota Palembang dan Lubuklinggau.


Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari High-Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang digelar pada 4 Desember 2024 lalu.

Pada kesempatan tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel menandatangani perjanjian kerja sama antar daerah (KAD) dengan Pemerintah Kabupaten Enrekang dan Pemerintah Provinsi Sulsel di Kantor Gubernur Sulsel. 

Penjabat (Pj) Gubernur Sumsel, Elen Setiadi, menjelaskan bahwa Enrekang dipilih sebagai wilayah pemasok bawang merah karena merupakan salah satu penghasil hortikultura terbesar di Indonesia, dengan produksi bawang merah mencapai 175.933 ton per tahun.

"Bawang merah Enrekang menjadi yang terbesar keempat di Indonesia setelah Brebes, Solok, dan Nganjuk," ujar Elen dalam keterangan resmi yang diterima. 

Produksi bawang merah Enrekang sudah mencakup pasar di Sulawesi, Kalimantan, Papua, hingga sebagian Pulau Jawa. Elen berharap, kerja sama ini dapat membantu menjaga stabilitas harga pangan di Sumsel, dengan memotong jalur distribusi yang berpotensi menekan harga jual bawang merah. 

Selain itu, Pemprov Sumsel juga berencana mengadopsi praktik pertanian bawang merah dari Enrekang untuk meningkatkan produksi di daerah sendiri. 

"KAD diharapkan dapat memotong jalur distribusi, dan dapat menekan harga jual komoditas, serta ke depan Pemprov Sumsel bisa mengadopsi praktik pertanian hortikultura bawang merah," jelasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, bawang merah merupakan salah satu komoditas utama penyumbang inflasi, selain tomat, emas perhiasan, minyak goreng, dan tarif angkutan udara.

Kenaikan harga bawang merah dipengaruhi oleh penurunan pasokan akibat cuaca buruk yang memengaruhi sentra produksi.Namun, meskipun harga komoditas mengalami kenaikan, inflasi Sumsel secara keseluruhan tetap terjaga di angka 0,73 persen secara year on year (yoy) hingga November 2024.