Penampilan Sendratari yang disajikan Tim Kesenian Dinas Kebudayaan Kota Palembang berhasil memukau pengunjung Festival Sriwijaya, Kamis malam (30/6). Tak terkecuali, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV RM Fauwaz Diraja. Sultan Palembang ini terlihat meneteskan air mata saat mengikuti jalannya cerita.
- Mengenal Tradisi Rebo Akhir di Palembang, Ritual Adat Istiadat yang Kini Hampir Punah
- Para Tokoh Sumsel Dianugerahi Gelar Adat dan Kerabat Kesultanan Palembang Darussalam
- Kesultanan Palembang Darussalam Bersama Komunitas Sarjana Kuburan Ziarah ke Kawah Tengkurep
Baca Juga
Sendratari berjudul Sang Harimau yang Tak Kenal Menyerah ini mengingatkannya kepada perjuangan leluhurnya, SMB II ketika harus diasingkan dari Palembang menuju Ternate.
"Saya terbawa perasaan, terenyuh dan terbayang penderitaan buyut kami Sultan Mahmud Badaruddin II ketika diasingkan ke Ternate," kata Sultan.
SMB IV adalah Sultan Palembang Darussalam keturunan ke-6 dari SMB II. SMB IV dinobatkan oleh ayahnya pada tahun 2010 dan mulai menjalankan fungsinya selaku Sultan secara penuh setelah ayahnya wafat pada 2017. Atas tampilan tentang SMB II itu, SMB IV menyatakan apresiasi yang tinggi kepada Tim Kesenian Kota Palembang.
"Barangkali, baru kali ini sejarah dramatis SMB II diangkat dalam bentuk seni pertunjukan di ajang Festival Sriwijaya", katanya.
Secara kebetulan, pada tanggal 3 Juli mendatang merupakan peringatan hari pengasingan SMB II yang memang rutin diperingati.
"Pada hari itu, 3 Juli 1921 SMB II dan rombongan keluarga terdekatnya dibawa oleh kolonial Belanda menuju Batavia dan singgah beberapa waktu di sana, sebelum menetap penuh hingga akhir hayatnya di Ternate. Penampilan malam ini tepat pada momennya. Kami merasa terwakili," ucapnya.
Sejawaran Palembang, Kemas AR Panji menyatakan bahwa pertunjukan seni yang berbasis sejarah jarang sekali ditampilkan. "Tampilan kesenian yang bermateri sejarah seperti ini sangat bernilai di tengah-tengah iklim pendidikan sejarah yang kurang baik saat ini," kata dosen sejarah UIN Raden Fatah ini.
Kemas Ari berharap agar pihak pemerintah dapat terus mengangkat sejarah Palembang Darusaalam sebagai bentuk edukasi ke masyarakat dan landasan dalam membangun budaya Palembang.
"Saya melihat komitmen baik dari Kadis Kebudayaan Kota Palembang dan Kabid Kesenian terhadap budaya Palembang Darussalam. Kebetulan saya mengenal kedua pejabat ini. Komitmen dibutuhkan dalam melestarikan sejarah dan budaya dan hari ini terlihat pembuktiannya. Atas dasar itu, saya mengucapkan terima kasih", ujar Ari.
Pementasan "Sang Harimau yang Tak Kenal Menyerah" ini cukup baik merefleksikan kisah hidup SMB II. Sebagaimana ditulis dalam sinopsis pertunjukan, bahwa Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II merupakan Sultan Palembang Darussalam yang ke -7.
Dia lahir di Palembang pada 23 November 1767. Ketika berusia 37 tahun, tepatnya, 12 April 1804 naik tahta menggantikan ayahnya. Sejak itu, dia menjadi pemimpin Palembang Darussalam dengan gelar Sultan Mahmud Badaruddin.
Semasa berkuasa, dia menghadapi penjajah Inggris dan Belanda. Sejumlah pertempuran dengan pihak penjajah pernah dipimpinnya. Diantaranya, pertempuran melawan Inggris tahun 1811 dan perang Menteng melawan Belanda pada tahun 1819 yang dimenangkan oleh Palembang. Lalu, pada pada tahun 1821, dengan segala kelicikan, politik adu domba dan tipu daya, akhirnya Belanda berhasil menguasai Palembang.
Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Meski demikian, tak sepatah kata “menyerah” keluar dari mulut Sultan Mahmud Badaruddin II. Pertunjukan yang berdurasi memukau penonton dari berbagai kabupaten dan kota malam itu didukung oleh para pekerja seni yang handal.
- Solidaritas Masyarakat Melayu Palembang untuk Warga Rempang, Gelar Aksi Damai di Bukit Siguntang
- Terkait Konflik Pulau Rempang, SMB IV Dorong Penyelesaian Dengan Mengutamakan Kesejahteraan
- Mengenal Tradisi Rebo Akhir di Palembang, Ritual Adat Istiadat yang Kini Hampir Punah