SMB IV Minta Pelaku Vandalisme di Komplek Makam Sabo Kingking Diusut Tuntas

Prasasti makam dan coretan-coretan di Kompleks Sabo Kingking/repro
Prasasti makam dan coretan-coretan di Kompleks Sabo Kingking/repro

Kompleks Makam Sabo Kingking, yang terletak di Jalan Makam Sabo Kingking, Kelurahan Sei Buah, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, belakangan ini menjadi perbincangan hangat di media sosial. 


Hal ini terkait dengan beredarnya kabar mengenai perubahan nama pada prasasti makam dan adanya coretan-coretan yang muncul dalam beberapa hari terakhir.

Menanggapi peristiwa tersebut, Sultan Palembang Darussalam, SMB IV Jaya Wikrama R.M Fauwaz Diradja, mengaku belum mengetahui motif di balik aksi vandalisme tersebut dan juga belum mengenal sosok serta profil Habib Muhammad Nuh, nama yang belakangan muncul terkait perubahan tersebut.

"Kita tidak tahu juga siapa sosok Habib Muhammad Nuh ini. Pada tahun 2009, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) Kota Palembang memasang nama Habib Muhammad Nuh. Maka, harus diteliti dulu siapa sebenarnya nama yang dimaksud," ujar Sultan SMB IV, Jumat (31/1).

Menurutnya, nama “Habib” baru dikenal pada era 2000-an, sementara dalam catatan sejarah dan tradisi yang ada, sebutan yang lebih umum digunakan adalah Sayid atau Syarif. 

"Kita tidak tahu siapa yang mengubahnya, itu yang harus diusut. Apalagi tulisan yang ada sangat acak-acakan, seperti mural. Itu harus diperbaiki dan mereka juga tidak memiliki izin untuk menambah-nambah hal seperti itu," tambahnya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Pecinta Ziarah Palembang Darussalam dan Sumatera Selatan (KOPZIPS), Muhammad Setiawan, yang juga pentolan Cakrawala Perjuangan Indonesia (CPI), mengungkapkan bahwa dirinya bersama beberapa anggota CPI lainnya melakukan ziarah ke Pemakaman Kerajaan Islam Palembang di Kompleks Makam Sabo Kingking pada Senin pagi, 27 Januari 2025 M / 27 Rajab 1446 H.

Selama ziarah, mereka menemukan perubahan yang signifikan pada prasasti daftar tokoh yang dimakamkan di kompleks tersebut. "Kami melihat adanya perubahan pada nama yang tercantum di prasasti, terutama pada nama tokoh ulama guru Pangeran Sido Ing (PSI) Kenayan. Nama yang tertera di kijing makam berubah menjadi Sayid Umar Al Idrus, yang berbeda dengan keterangan yang selama ini diketahui, yakni Sayyid Muhammad Nuh Ali Fahsyar," ujar Setiawan.

Setiawan menambahkan, saat rombongan CPI melakukan ziarah bersama instansi pemerintah pusat, mereka juga menemukan bahwa prasasti yang terletak di depan makam telah diubah, dengan prasasti asli yang ditutup oleh prasasti baru yang mencantumkan nama-nama yang berbeda. Hal ini memicu diskusi di grup KOPZIPS dan menjadi viral di kalangan anggotanya.

"Perubahan ini perlu segera diluruskan. Kita semua harus menjaga dari upaya pengaburan sejarah seperti ini. Karena hal ini merupakan aset peradaban bang yang harus dilestarikan," tegasnya.