Saatnya Indonesia Gunakan Energi Terbarukan

Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas & Energi Terbarukan (ADPMET) Ridwan Kamil/Dudi Oskandar
Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas & Energi Terbarukan (ADPMET) Ridwan Kamil/Dudi Oskandar

Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas & Energi Terbarukan (ADPMET) yang juga Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menilai, sudah saatnya Indonesia menggunakan energi terbarukan dan meninggalkan energi yang berasal dari fosil.


Ada banyak keuntungan yang akan didapat Indonesia dengan menggunakan energi terbarukan ini. Ia menggambarkan, salah satu keuntungannya adalah menghemat pengeluaran.

"Semua ini arahannya satu yakni kesejahteraan rakyat. Keputusan saya tahun lalu, dimana saya memutuskan mengganti mobil dinas saya dengan mobil listrik, di plat nomornya itu ada garis biru itu dan mobil ini tidak membayar pajak. Di mobil ini, 300 kilometer kalau pakai bensin dan oli itu Rp 300 ribu pengeluarannya, saya colok listrik di mobil ini, dan kalu pun harus dicas itu hanya mengeluarkan Rp 50 ribu, jadi saya per 300 kilometer saya hanya mengeluarkan Rp 50 ribu berbanding Rp 300 ribu kalau saya pakai mobil bensin konvensional,” kata pria yang akrab disapa Kang Emil ini.

“Jadi, sudah hemat biaya, ini kalau dikalikan ratusan, ribuan di masa depan, berapa puluh miliar biaya operasional yang bisa dihemat, dari sebuah keputusan menggeser mobil konvensional energi fosil jadi energi listrik," tambah Kang Emil  saat menjadi narasumber pada diskusi Kepemudaan Sumatera Selatan di Temu Rindu Coffee and Eatery Palembang, Kamis (3/6) malam.

 Dikatakannya, selain hemat biaya, keuntungan lainnya menggunakan mobil listrik ini adalah tidak mengeluarkan suara (bising), dan tidak ada polusi yang ditimbulkan. Namun, kendalanya kata Kang Emil, sumber listrik dari mobil ini belum 100 persen bersumber dari energi, karena masih menggunakan batu bara.

"Ini sedikit di luar kewenangan saya, dan ini harus kamu perjuangankan untuk Indonesia di masa depan,"  katanya.

Menurutnya energi  Indonesua saat ini terlalu disetir oleh minyak bumi, padahal motor dan mobil listrik itu sudah ada sejak zaman kolonial.

“Di tahun 1900 di Eropa di Amerika, teknologi listrik itu sudah ada, tetapi karena lobi-lobi konglomerat minyak dan seluruh kartelnya, teknologi itu disingkirkan, maka satu abad ini kita menyaksikan betapa minyak bumi itu menguasai.Tapi, sekarang itu tidak bisa dibendung lagi, maka sudah pull seperti mobil dinas saya (mobil listrik, red)," katanya.

Menurut Kang Emil, jika Indonesia bisa menuju energi terbarukan, akan banyak penghematan yang muaranya pada kesejahteraan masyarakat.

Ia menggambarkan, saat ini pendapatan warga di Indonesia itu 1/3 nya habis untuk transportasi, artinya sangat boros, hal ini tidak terlepas dari desain kotanya yang memaksa masyarakat untuk menggunakan mobil ataupun motor.

"Makanya hidupnya masyarakat kita itu kurang sejahtera, gara-gara sistem yang membuat boros pengeluaran, kita doakan kedepan kita hidup di negeri yang efisien," pungkasnya.