Rencana Ganti Pertalite dengan Pertamax Green 92 Masih dalam Tahap Studi

Ilustrasi (net/rmolsumsel.id)
Ilustrasi (net/rmolsumsel.id)

Sebuah inisiatif menarik sedang berlangsung di dunia bahan bakar minyak di Indonesia. Rencana untuk menggantikan Pertalite dengan Pertamax Green 92, yang sebelumnya hanya sebatas wacana, kini telah memasuki tahap studi yang serius.


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, telah mengungkapkan bahwa Pertamina, perusahaan minyak dan gas BUMN terkemuka di Indonesia, sedang melakukan studi komprehensif untuk mencampurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi Pertalite dengan Bahan Bakar Nabati (BBN), khususnya etanol sebanyak 7 persen (E7).

"Lagi dicoba, teknisnya oke enggak? Kemudian nanti dari emisinya oke enggak? Oke kan. Nanti juga dari cost-nya," kata Arifin, Minggu (15/10). 

Pertama, mereka sedang mengevaluasi seberapa besar emisi yang dapat dikurangi melalui campuran E7 dengan Pertalite. Hal ini bertujuan untuk memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap upaya global untuk mengurangi emisi karbon.

Selain itu, ada faktor biaya yang perlu dipertimbangkan. Pertamina ingin memastikan bahwa rencana ini tidak hanya berkelanjutan secara lingkungan, tetapi juga secara ekonomi.

Ketersediaan etanol adalah faktor penting. Sejauh ini, sebagian etanol masih diimpor, dan ini adalah peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi gula dalam negeri. Jika produksi gula mencukupi, tebu bisa dimanfaatkan untuk memproduksi etanol yang dibutuhkan dalam program campuran BBM.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, menggarisbawahi pentingnya mengembangkan perkebunan tebu di Indonesia. Ini adalah langkah strategis untuk memastikan ketersediaan bahan baku etanol yang diperlukan dalam program campuran BBM dan berpotensi menciptakan manfaat ganda bagi negara.

Saat ini, PT Pertamina (Persero) terus berupaya mencari inovasi dalam penggunaan bahan bakar nabati, termasuk program bioetanol yang menggunakan limbah tetes tebu sebagai bahan baku. Langkah-langkah seperti ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor Bahan Bakar Minyak dan menjaga lingkungan.