Ratusan Mahasiswa di Palembang Tolak Perluasan Pembangunan RS Dr Ak Gani dan Lift Ampera

Aliansi  Mahasiswa  Penyelamat Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera (AMP-BKB dan JA) menggelar pawai aksi damai, Kamis (1/12) mulai dari Lawang Borotan samping Kantor Walikota Palembang  hingga ke Monpera Palembang.(Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)
Aliansi Mahasiswa Penyelamat Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera (AMP-BKB dan JA) menggelar pawai aksi damai, Kamis (1/12) mulai dari Lawang Borotan samping Kantor Walikota Palembang hingga ke Monpera Palembang.(Dudy Oskandar/rmolsumsel.id)

 Ratusan mahasiswa  dari Universitas Sriwijaya (Unsri) , UIN Raden Fatah Palembang, Universitas PGRI Palembang dan Universitas Muhammadiyah Palembang yang tergabung dalam Aliansi  Mahasiswa  Penyelamat Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera (AMP-BKB dan JA) menggelar pawai aksi damai, Kamis (1/12) mulai dari Lawang Borotan samping Kantor Walikota Palembang  hingga ke Monpera Palembang.


Aksi dimulai dari Lawang Borotan lalu dilanjutkan dengan long march menuju kawasan pelataran BKB lalu  terakhir di Monpera , kegiatan tersebut diisi dengan pembacaan puisi, orasi dan pernyataan sikap.

Seperti  orasi  diantaranya yang  disampaikan  sejarawan Sumsel Dr Dedi Irwanto MA  berjudul 'Jika Ada yang Rusak BKB-Ku, Lawanlah!'

Lalu pembacaan puisi diantaranya berjudul Berjuang UntuK BKB yang ditulis sejarawan Sumsel Kemas A.R.Panji.

Mahasiswa ini menolak perluasan dan pembangunan empat lantai Rumah Sakit (RS) Dr Ak Gani di dalam kawasan BKB yang sudah ditetapkan sebagai  cagar budaya berdasarkan   Keputusan Menteri Kebudayaan  dan Pariwisata  No KM09/PW.007/MKP/2004.

Selain itu juga menolak  pemasangan  lift di atas Jembatan Ampera yang hanya dilakukan satu kajian  teknis tanpa melibatkan kajian sejarah, arkeologi dan sosial budaya. Selain itu pemasangan lift dituding  akan merusak Objek Diduga Cagar Budaya (ADCB).

Menurut Koordinator Lapangan  , Wahyudi didampingi Koordinator Aksi , M  Fadlurrohman Subhi  pawai aksi damai dilakukan sebagai upaya untuk menolak pemasangan lift Jembatan Ampera.

Menurutnya, pemasangan lift di Jembatan Ampera ini hanya memiliki satu kajian dari kajian teknis, tanpa melibatkan kajian sejarah, arkeologis dan sosial budaya.

“Selain itu pemasangan lift akan merusak Objek Diduga Cagar Budaya,” katanya.

Tak hanya itu, pihaknya juga menolak perluasan dan pembangunan RS AK Gani di kawasan Benteng Kuto Besak yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya berdasarkan keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No KM09/PW.007/MKP/2004.

Sedangkan budayawan  Sumsel Vebri Al Lintani mengapresiasi aksi mahasiswa tersebut.

“Pembangunan empat lantai Rumah Sakit Ak Gani tentu akan merusak kawasan cagar budaya BKB, saya pikir ini tidak boleh terjadi dan pihak rumah sakit harus keluar dari BKB jika ingin membangun rumah sakit  bukan membangun dalam BKB,” ujarnya.

Sedangkan lift yang dipasang di Jembatan Ampera , menurut Vebri juga menjadi masalah karena Jembatan Ampera sejak dulu dikenal sebagai ikon kota Palembang.

“Kita akan pertahankan Jembatan Ampera, apalagi dia masuk dalam cagar budaya mestinya dalam perbaikannya ada kaidah-kaidah dan tidak cukup dengan kajian konstruksi,” kata dia.