Dalam rangka memeriahkan HUT Kota Palembang yang ke-1341 tahun, Mapala UIN Raden Fatah Palembang melaksanakan Ekspedisi Hutan Lindung Raje Mandare di Gunung Patah, Kabupaten Kaur, Bengkulu.
- Resmikan Sekretariat dan Semarakan HUT Palembang, Kobar 9 Gelar Lomba Pantun
- Lestarikan Bidar di Palembang, SMB IV: Jangan Hanya Digelar saat Kemerdekaan Saja
- Herman Deru Puji Walikota Harnojoyo di Rapat Paripurna HUT Palembang
Baca Juga
Ekspedisi yang berlangsung selama delapan hari tujuh malam, dari 8 hingga 16 Juni 2024, ini menandai pencapaian fisik dan mental sekaligus mengedepankan semangat konservasi dan pelestarian budaya khas Palembang.
Tim ekspedisi terdiri dari tujuh anggota: Fadhil Nugraha "Ewako" (MPL. 411 29 20 RF), Demas Angger "Iwaka" (MPL. 394 29 20 RF), Kemas Hidayatullah "Akas" (MPL. 396 26 17 RF), Fandrean Satria "Jali" (410 29 20 RF), Ahmad Hafiz AlFaqih "Lohe", Abeng Pransisko "Alee", dan Azril Imam Fikri "Selong". Mereka bertolak dari Sekret Mapala UIN Raden Fatah menuju Kota Pagaralam dengan mengenakan tanjak, ikat kepala khas Palembang.
Perjalanan dimulai dari titik awal pendakian di Kelurahan Kance Diwe, Kecamatan Dempo Selatan, Pagaralam, Sumatera Selatan, dan berlanjut ke puncak Gunung Patah di kawasan Hutan Lindung Raje Mandare, Kecamatan Padang Guci, Kabupaten Kaur, Bengkulu, dengan ketinggian 2.852 Mdpl. Tim menyelesaikan ekspedisi di Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan.
"Rute yang menantang ini membawa kami melalui berbagai medan yang sulit, tetapi kami tetap semangat dan kompak," ujar Jali, salah satu anggota tim.
Ekspedisi ini tidak hanya menguji ketahanan fisik dan mental, tetapi juga menekankan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan.
Selama ekspedisi, tim mengibarkan bendera merah putih raksasa di kawah Gunung Api Patah sebagai simbol semangat nasionalisme dan komitmen terhadap pelestarian alam.
"Pengibaran bendera ini bukan hanya untuk menunjukkan cinta tanah air, tetapi juga sebagai tanda penghormatan kepada alam yang kita jaga. Sedangkan tanjak kami pakai untuk melestarikan budaya Palembang," kata Akas, Ketua Tim.
Selain itu, tim juga melakukan herping di kawasan Danau Tumutan Tujuh, yang dikenal sebagai habitat berbagai jenis herpetofauna. Penelitian ini bertujuan mendokumentasikan keberagaman hayati dan memahami kondisi ekosistem setempat.
"Kami menemukan beberapa spesies yang menarik, dan ini menambah data penting bagi upaya konservasi," kata Selong, anggota tim lainnya.
Sebagai bagian dari ekspedisi, tim juga membuat plot jalur Gunung Api Patah via Pagar Alam - Semende Karya Tani, yang diharapkan dapat digunakan sebagai rute pendakian resmi di masa depan, memudahkan para pendaki lain yang ingin menikmati keindahan alam Raje Mandare.
Keberhasilan ekspedisi ini tidak lepas dari doa dan dukungan rekan-rekan serta senior Mapala UIN Raden Fatah.
"Kami sangat bersyukur atas dukungan yang diberikan, baik moril maupun materil. Ini adalah pencapaian bersama," ujar Ewako.
Sebelum keberangkatan, tim mengadakan apel pelepasan dengan tema "Pengibaran Bendera Raksasa Sebagai Pemangku Konservasi dan Pewarisan Budaya di Hutan Lindung Raje Mandare Gunung Patah," yang menguatkan semangat dan tujuan ekspedisi.
Ekspedisi ini berakhir di Desa Segamit, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan, pada 16 Juni 2024. Tim kembali dengan membawa berbagai temuan penting dan pengalaman berharga.
"Kami berharap ekspedisi ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih peduli terhadap alam dan budaya kita," tutup Ahmad Hafiz AlFaqih alias Lohe.
- Resmikan Sekretariat dan Semarakan HUT Palembang, Kobar 9 Gelar Lomba Pantun
- Peringati Sumpah Pemuda, Mapala UIN Palembang Kibarkan Merah Putih di Bukit Serelo
- Lestarikan Bidar di Palembang, SMB IV: Jangan Hanya Digelar saat Kemerdekaan Saja