Pandemi Covid-19 Berkepanjangan Karena Pemerintah Pakai Paradigma Keliru

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Analis Sosial Politik Universita Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun berpendapat pemerintah memakai paradigma yang keliru dalam menangani pandemic Covid-19. Bahkan penyebaran virus Covid-19 yang semakin mengganas menyebabkan situasi yang semakin buruk dengan angka yang terkena Covid lebih dari dua juta, yang meninggal dunia lebih dari 55 ribu dan kasus harian terbesar terjadi dalam beberapa hari ini.


“Dari awal pemerintah pakai pardigma yang keliru dalam menangai pandemi covid-19. Itulah sampai sekarang pandemi itu tidak selesai justru makin tambah parah. Karena pemerintah memakai paradigma menyelamatkan ekonomi dulu ketimbang penyelamatkan manusia,” katanya dalam zoom meeting Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (6/7).

“Untuk menyelamatkan ekonomi itu yang terpenting menyelamatkan manusianya dulu. Kalau manusianya selamat pasti ekonomi akan selamat. Sementara pemerintah paradigmanya cenderung lebih mementingkan menyelamatkan ekonomi dan ini keliru,” tambahnya.

Lebih lanjut dia mencotohkan apa yang terjadi di Wuhan, Tiongkok dimana pada awal merebaknya virus mematikan itu pemerintah setempat dengan tegas memberlakukan lockdown. “Apa yang dilakukan di Wuhan itu mereka lebih mengutamakan menyelematkan manusia,” tegasnya.

Paradigma yang keliru itu diperparah dengan kebijakan yang keliru pula sehingga menyebabkan pandemic covid-19 yang berkepanjangan. Seperti PPKM Darurat yang telah diterapkan namun pemerintah tidak menutup bandara internasional dan melarang warga negara asing (WNA) masuk ke Indonesia.

Ditambah lagi vaksinasi yang lambat dan buruknya perilaku elite politik yang mempengaruhi kondisi psikologis terhadap masyarakat. “Elit politik dan pejabat ini kurang mengedukasi masyarakat disaat mereka dilarang justru banyak elite politik menyebabkan kerumunan dan ini memperngaruhi psikolgis masyarakat," pungkasnya.