Mengintip Seni Wayang Kulit Palembang yang Hampir Punah

Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar acara seminar dan lokakarya Wayang Kulit Palembang/Foto: Dudi Oskandar
Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar acara seminar dan lokakarya Wayang Kulit Palembang/Foto: Dudi Oskandar

Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Sumatera Selatan (Sumsel) menggelar acara seminar dan lokakarya Wayang Kulit Palembang di Komplek Walet Mas 2, Jalan Sultan Muhammad Mansyur, Palembang, Rabu (13/12).


Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VI Sumsel, Kristanto Januardi, menyatakan apresiasinya terhadap usaha dan perjuangan Dalang Wayang Kulit Palembang, Ki Agus Wirawan.

Dia mengatakan, kekonsistenan Wirawan dalam melestarikan Wayang Kulit Palembang patut diacungi jempol. "Mudah-mudahan kedepannya lebih mantap lagi menampilkan dan memberikan masukan yang berguna untuk pemajuan kebudayaan, khususnya wayang Palembang," ujarnya.

Selain itu dirinya berharap agar dana abadi kebudayaan dapat ditingkatkan, dan seniman serta budayawan Sumsel mendapatkan dukungan dari masyarakat dan dunia usaha. 

"Bisa tampil di hotel-hotel, acara masyarakat, dan lainnya sebagai bentuk dukungan awal dari pemerintah. Mari kita berkolaborasi dan bekerja keras agar seni budaya di Sumsel tetap lestari," tambahnya.

Dewan Pakar Sekretariat Nasional Wayang Indonesia, Amin Prabowo, mengajak masyarakat Sumsel untuk terus berkarya di bidang kebudayaan. Dia menyampaikan harapannya agar Wayang Kulit Palembang tetap menjadi tontonan menarik yang mengandung nilai tuntunan.

"Bisa dibilang kesenian ini hampir punah, beruntungnya masih ada yang tersisa. Untuk itu kita harus berkolaborasi dalam melestarikan kesenian ini," katanya.

Dalang Wayang Kulit Palembang, Ki Agus Wirawan Rusdi, menjelaskan sejarah perkembangan wayang Palembang. Ia memulai perjalanan dalam melestarikan seni ini sejak tahun 2004 dan baru tampil di hadapan publik pada 2006. 

Ki Agus Wirawan berbagi kisah tentang awal mula kebangkitan wayang Palembang pada tahun 1950-an dengan berdirinya Sangar Sri Wayang Kulit Palembang.

"Wayang Palembang sempat mati suri, namun berbekal inisiatif dari keluarga, saya didaulat menjadi dalang wayang Palembang untuk menggantikan sang bapak," ungkap Wirawan. 

Dia berharap upaya melestarikan wayang Palembang dapat terus dilakukan melalui revitalisasi artistik, peran dalang, bentuk cerita, dan partisipasi masyarakat. "Kalau bukan kita yang, siapa lagi yang akan melestarikan kesenian ini," tegasnya.

Sementara itu Budayawan Sumsel, Vebri Al Lintani menambahkan bahwa Wayang Palembang sempat fakum dari tahun 1990-an hingga 2000-an, dan Ki Agus Wirawan Rusdi berhasil menghidupkannya kembali pada 2004. 

"Wayang Palembang beda dengan yang lain tidak ada sinden, tidak ada Dog-dog dan lain-lain. Inilah yang perlu kita lestarikan," jelasnya.

Menurutnya, saat ini hanya ada satu dalang dan satu grup wayang, harapannya ke depan ada muncul dua atau tiga grup wayang Palembang. Dia juga menyoroti keunikan Wayang Palembang yang umumnya tidak terdapat dalam pertunjukan wayang Jawa.

"Hari ini, kita berupaya untuk melestarikan wayang Palembang. Revitalisasi dilakukan dalam aspek artistik, peran dalang, dan bentuk ceritanya, serta melibatkan partisipasi masyarakat," kata Lintani.