Palembang, dengan sejarah keagungannya yang mencakup masa kebesaran Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam, memiliki berbagai warisan budaya berharga.
- Mengenal Suku Pasemah, Suku Bangsa Asli Sumsel yang Bermukim di Daerah Perbukitan
- Buka Rakernas JKPI, Harnojoyo: Ada Ribuan Orang yang Hadir di Kota Palembang
- Wisata Air Terjun Ditemukan di Tengah Kebun Pepaya Empat Lawang
Baca Juga
Namun, banyak tradisi dan adat istiadat yang kini hampir punah karena tidak lagi dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat setempat. Salah satu tradisi ini adalah "Rebu Kasan" atau tradisi Rebo Akhir, yang melibatkan rangkaian shalat sunat safar, bekela, dan mandi safar, dan hanya dilakukan pada hari Rabu terakhir dalam bulan safar.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk menolak bala atau malapetaka dengan cara melakukan shalat sunat di masjid, mushola, langgar, atau surau, sambil berdoa memohon perlindungan dari Allah SWT. Bagi warga Palembang yang mempercayai bahwa bulan safar adalah bulan naas yang penuh cobaan, mereka akan menghindari upacara perkawinan, khitanan, syukuran, pindah rumah, dan aktivitas lainnya selama bulan tersebut.
Hj Anna Kumari, seorang pelestari budaya Palembang Darussalam, adalah salah satu individu yang berkomitmen untuk melanjutkan tradisi Rebu Akhir, Bulan Syafar.
Bersama dengan Sanggar Tari Anna Kumari, Rumah Budaya Putri Dayang Merindu, Kesultanan Palembang Darussalam, dan sejumlah organisasi budaya lainnya, mereka menggelar tradisi Rebu Akhir di Komplek Pertamina Bagus Kuning Daerah Dok Yard pada Rabu, 13 September.
“Saya sangat bahagia dengan pelaksanaan Rebu Akhir kali ini karena Sanggar Tari Anna Kumari Palembang dan Rumah Budaya Putri Dayang Merindu di suport bersama- sama Kesultanan Palembang Darussalam, Zuriat Bangsawan Palembang Darussalam (ZBPD) dan pihak lainnya,” katanya.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh dan perwakilan, termasuk Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja, serta perwakilan dari berbagai instansi pemerintahan dan komunitas budaya.
Acara dimulai dengan shalat sunat Muthlak di Masjid Darul Muttaqien, dilanjutkan dengan bekela (bersedekah dan berbagi makanan) serta pementasan dul muluk.
"Shalat mutlak yang disana kita memohon kepada Alah SWT, jadi bermunajat kita berlindung dan ada doanya dijauhkan balak , dijauhkan dari berbagai penyakit, dan lainya,” kataSultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja.
Lebih lanjut Fawaz mengatakan, tradisi Rebo Akhir adalah bagian dari warisan budaya Kesultanan Palembang Darussalam yang telah ada sejak lama. Dia berharap tradisi ini dapat terus diteruskan dan menjadi lebih besar lagi dalam pelaksanaannya di masa depan.
“Tradisi ini bukan hanya dilaksanakan di Palembang tapi di nusantara juga melaksanakannya sehingga kearifan budaya ini harus kita jaga dan kita laksanakan secara bersama-sama dan kita berterima kasih kepada Ibu Anna Kumari yang selalu mengingatkan dan juga selalu menginisiasi kegiatan ini, mudahan-mudahan Ibu Anna Kumari selalu diberikan kesehatan," jelasnya.
Acara Rebu Akhir ini juga mendapat apresiasi dari pemerintah Kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan. Mereka mendukung upaya pelestarian tradisi ini dan mengenalkannya kepada generasi muda agar tetap hidup dan berharga.
- Workshop Naskah di Istana Palembang: Menggali Sejarah Kesultanan Melalui Peninggalan Bersejarah
- Brin Sumsel Sarankan Pj Gubernur Benahi TPKS Dibandingkan Membuat Museum Sriwijaya
- Soal Pendirian Museum Sriwijaya, Sekda Sumsel Sebut Masih Rencana