Mengenal Songket Palembang dari Beragam Jenis dan Motif

Penari, pelestari kain tradisional dan penggiat budaya PalembangMirza Indah Dewi, S.Pd/Dudi Oskandar/rmolsumsel.id
Penari, pelestari kain tradisional dan penggiat budaya PalembangMirza Indah Dewi, S.Pd/Dudi Oskandar/rmolsumsel.id

Songket sebagai kain khas Sumatera Selatan (Sumsel) sudah lama diketahui oleh khalayak ramai di Indonesia. Kain ini disulam memakai benang emas mengikuti berbagai motif yang rumit.


Motifnya pun bukan sembarang dibuat. Setiap motif memiliki ciri khas sendiri dan memiliki tujuan dalam pembuatannya. Beberapa motif bahkan hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu atau mengikuti aturan tertentu.

Menurut pelestari kain tradisional dan penggiat budaya Palembang, Mirza Indah Dewi, S.Pd atau akrab disapa dengan panggilan Iin, Sumsel terutama Palembang kaya akan ragam kain tradisionalnya.

“Penggunaan kata kain sendiri untuk orang Palembang asli lebih sering disebut sewet kain ( sewet ) songket menurut salah satu versi berasal dari kata "tusuk " dan "cukit " yang berubah "sukit" kemudian menjadi "sungki " dan perkembangan selanjutnya akhirnya menjadi "songket"," kata putri dari  maestro penari Sumsel , Hj Masayu Anna Kumari ini dalam  Webinar Bincang Pusaka 14 yang di gelar Komunitas Sahabat Cagar Budaya Palembang dengan judul Songket , Motif Kuno dan Penggunaannya, Sabtu (11/9).

Dalam kesempatan tersebut Iin juga menampilkan dan mengenalkan jenis dan motif songket kuno koleksi keluarganya milik  Hj Masayu Anna Kumari yang merupakan peninggalan dari buyut Hj Masayu Anna Kumari.

Iin sendiri merupakan generasi ke 5 yang ikut menjaga dan melestarikan songket- songket  kuno  tersebut .

Menurut Iin, songket sudah dikenal sejak zaman Sriwijaya dan zaman Kesultanan Palembang Darussalam, pada masa ini kekayaan emas cukup berlimpah, sehingga emas digunakan untuk bahan dasar benang kain Songket.

Sejak kapan songket mulai ada di Palembang, tentunya memerlukan analisis yang lebih mendalam.

"Salah satu pendapat mengatakan bahwa songket sudah dikenal sejak zaman Sriwijaya, pendapat ini didukung oleh motif-motif yang terdapat dalam kain songket Palembang yang menggunakan binatang sebagai bagian dari motif, tentunya masa ini adalah sebelum Islam berkembang di Palembang dan zaman Kesultanan Palembang Darussalam, karena motif-motif pada masa tersebut lebih dominan ke motif tumbuh-tumbuhan dari pada binatang," katanya.

Pada masa Sriwijaya lanjutnya, kekayaan emas cukup berlimpah, sehingga emas digunakan untuk bahan dasar benang kain songket, dikutip dari Kong Yuanzhi 2007 Muslim Tionghoa Cheng Ho (Suntingan Hembing Wijaya Kusuma) Jakarta Pustaka Populer hal 9 juga terdapat relif-relif yang terdapat di Candi Borobudur dan gua-gua batu dapat disimpulkan bahwa kebudayaan menenun telah ada sejak zaman prasejarah dan diabadikan dalam relief sebuah candi.

"Pendapat selanjutnya menyatakan bahwa songket telah ada bersamaan munculnya Kesultanan Palembang Darussalam ( 1659-1823)," katanya.

Dan berdasarkan catatan sejarah yang berhak memakai songket pada masa itu adalah para istri dan kerabat keraton, songket juga merupakan pelengkap pakaian kebesaran yang dipakai oleh para Sultan Palembang.

Selain itu menurutnya, tehnik menenun dan membuat motif telah ada jauh sebelum masa kesultanan Palembang,tapi perkembangan lebih luas dari songket Palembang terjadi pada masa Kesultanan Palembang ,karena pakaian ini dijadikan simbol kebesaran dari raja-raja di Kesultanan Palembang

"Untuk jenis songket  terdiri dari lepus , jenis songket lepus merupakan jenis songket yg tenunan nya dan corak benang emas hampir penuh dan menutupi seluruh bagian dari songket tersebut," katanya.

Motif lepus menurutnya diantaranya adalah lepus nago besaung ,lepus bintang rakam, lepus pulir/ lepus besiku, lepus cempuk ayam, lepus bungo jatuh, lepus bintang, lepus beranti tigo, lepus bintang beranti, lepus bintang, lepus bintang penuh, lepus bungo bintang besak, lepus cek sina, lepus kenanga makan ulet, lepus bungo pacar, lepus bungo sakura, lepus bintang kayu apoy.

Selain itu ada namanya songket limar adalah tenunan songket yg lebih banyak menggunakan benang sutera yg berwarna-warni, dinamakan limar karena benang sutera nya dibuat beraneka ragam diantaranya merah ,hijau ,ungu ,biru ,hitam,orange,kuning,” ujarnya.

Lalu warna benangnya dikombinasikan dengan warna lain misalnya warna hitam dikombinaksikan dengan hijau daun akan menghasilkan hijau toska.

Untuk motif songket Limar antara lain limar mentok , limar tretes mider, limar cantik manis, limar begadang, limar beranti, limar kandang, limar pulir siku, limar mentok jando beraes, limar tigo neger, limar cempuk, limar bungo tabur jengki, limar biji pare, limar bubur talam, limar cempuk bekandang, limar geribik, limar kembang setangkai.

Ada juga namya, songket tabur, songket jenis ini motifnya menyebar dan bertaburan secara merata ,dengan kembang motif pendekpendek dan berkelompok-kelompok, songket tabur umunya bermotif bunga, bintang dan lain- lain ragam motif songket tabur antara lain tabur limar bintang gajah ada, bungo tabur jengki, limar tabur putih beras, bungo tabur limar, mentok.

Selain itu ada namanya songket rumpak  adalah kain songket bermotif kotak - kotak umum yang digunakan oleh kaum pria pada saat menikah dan pada acara - acara adat istiadat tertentu.

Lalu ada namanya songket tumbuh-tumbuhan / bunga- bunga jenis songket ini adalah songket yang memiliki motif tengah bentuk menyerupai bunga-bungaan dan tumbuh-tumbuhan.

“Ragam motif jenis songket tumbuh-tumbuhan antara lain, bungo pacik, bungo cino, bungo inten , bungo melati, tampuk manggis, bungo jepang, emas jantung, puncak rebung bungo kayu apoy, bungo pacar, limar bungo mawar.

Sedangkan untuk motif -motif songket kuno antara lain motif limar gajah aada, limar , lepus mawar benang emas jantung,  kembang bubur talam benang emas jantung, motif bungo pacik, motif bungo cino, motif nago besaung, motif jando beraes, motif kenango makan ulet,  motif tawur, motif bintang kayu apoy, motif bungo pacar, motif limar Palembang, songket motif tanjung rumpak, kelambi songket penganten anyar.

Selain itu songket mempunyai 3 bagian  yaitu pinggiran, Tengah/ tumpal dan badan kain secara keseluruhan,walau pun perkembangan motif songket di masa kini sudah semakin pesat dan berkembang ,tapi Iin optimis  songket motif kuno akan tetap lestari karena motif - motifnya  unik  dan klasik dan berharap pemerintah mempunyai perhatian khusus agar motif -motif  songket kuno ini tetap lestari dan bisa diajukan sebagai warisan budaya khas Kota Palembang.