Masuk Musim Hujan, Karhutla Masih Mengancam Sumsel

Petugas memadamkan api yang membakar hutan dan lahan di satu titik di wilayah Sumsel. (MADS XIV/rmolsumsel.id)
Petugas memadamkan api yang membakar hutan dan lahan di satu titik di wilayah Sumsel. (MADS XIV/rmolsumsel.id)

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) masih menjadi ancaman serius bagi Sumatera Selatan. Meski sudah memasuki musim penghujan, namun di beberapa titik karhutla tetap terjadi. Salah satunya di wilayah Pedamaran, Kabupaten OKI.


“Kami belum tahu secara pasti luasan lahan yang terbakar. Tapi, sejauh ini memang masih ada karhutla. Bahkan, setiap hari terus terjadi sehingga kami masih harus melakukan operasi pemadaman,” ujar Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto kepada Kantor Berita RMOLSumsel, Selasa (19/10).

Sejauh ini, berdasarkan perhitungan pihaknya dan berdasarkan Citra Satelit KLHK dan LAPAN, luasan total karhutla di Sumsel mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan tahun 2020. Namun, memang jauh menurun dibandingkan tahun 2019 lalu. Sejauh ini, total luasan lahan yang terbakar mencapai 2.658,31 hektare untuk lahan mineral dan 268,93 hektare untuk lahan gambut.

“Di tahun ini memang banyak lahan mineral yang terbakar. Sedangkan, tahun sebelumnya kebanyakan di lahan gambut,” terangnya.

Dari total karhutla yang terjadi, ada sekitar ratusan hektare yang berulang kali terbakar setiap tahunnya yaitu di sekitar jalan Tol Palindra. Menurut Ferdian, pihakya tidak mengetahui apakah lahan tersebut ada pemegang izinnya atau tidak. Namun, menurutnya, lahan tersebut merupakan lahan tidur.

Oleh karena itu, hingga saat ini ada beberapa lahan yang terbakar di wilayah tersebut masih dibiarkan. Namun, ada juga yang sudah dikelola warga untuk menanam cabai.

“Tugas kami untuk melakukan pemadaman, sedangkan untuk perizinan itu kembali ke dinas terkait,” ujarnya.

Ferdian mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum mengetahui secara pasti penyebab terjadinya karhutla tersebut. Untuk itu perlu dilakukan pemetaan lebih lanjut untuk mengetahui motif pembakaran lahan. Jika ini dibiarkan maka tentunya akan berbahaya mengingat di sekitar lokasi itu juga terdapat pipa minyak dan gas Pertamina dan di dekat jalan yang dilalui pengendara.

“Untuk lahan perusahaan juga ada yang terbakar tapi sangat kecil. Karena, mereka sudah aktif melakukan penanganan sehingga cepat tertangani,” tukasnya.