Jumlah Korban Jiwa Dalam Tragedi Kanjuruhan Menempatkan Terbesar Kedua di Dunia 

Aparat keamanan terlibat kerusuhan di dalam Stadion Kanjuruhan, Malang/net
Aparat keamanan terlibat kerusuhan di dalam Stadion Kanjuruhan, Malang/net

Kerusuhan yang terjadi usai pertandingan sepakbola antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10). Banyak merenggut korban jiwa, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa bahkan aparat keamanan pun juga dikabarkan tewas dalam tragedi yang memilukan itu.


Seperti diberitakan sebelumnya, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Alfito mengatakan korban tewas akibat tragedi tersebut dilaporkan mencapai 127 orang. Jumlah tersebut berpotensi bertambah karena masih ada 180 orang lagi yang dirawat di rumah sakit setempat akibat sesak nafas dari gas air mata. 

"Telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri," ujar Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, kepada wartawan di Polres Malang, Minggu (2/10).

Jumlah korban jiwa sepanjang sejarah sepakbola dunia(ist) 

Jumlah korban jiwa usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya di Kanjuruhan menempatkan tragedi terbesar kedua dalam sejarah hitam sepakbola dunia.

Dari penelusuran redaksi, tragedi terbesar dikabarkan terjadi di Peru pada 24 Mei 1964. Saat itu, Estadion Nacional menggelar babak kualifikasi kedua Olimpiade Tokyo antara Peru vs Argentina.

Kerusuhan mulai terjadi usai wasit menganulir gol dari Timnas Peru. Seorang suporter kemudian menerobos masuk ke lapangan dan memukul wasit.

Polisi yang berada di lokasi kejadian lalu mengamankan dan menghajar pria itu secara brutal. Akibatnya, kerumunan suporter pun kemudian tak terhindarkan.

Kerusuhan menjadi semakin parah dan menyebabkan 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal. Bahkan disebutkan kemungkinan jumlah korban tewas dalam peristiwa tersebut lebih banyak.

Sebelum tragedi di Kanjuruhan, tragedi terbesar kedua terjadi di Afrika. Insiden itu terjadi pada 9 Mei 2001 di Stadion Accra Sports, Kinbu Road, Accra, Ghana.

Saat itu tengah berlangsung pertandingan derby antara tuan rumah Hearts of Oak dengan sesama klub dari Accra, Asante Kotoko. Tim tamu unggul 1-0 mendekati akhir pertandingan, namun tuan rumah mencetak dua gol untuk berbalik unggul pada laga tersebut.

Menjelang pertandingan usai, tepatnya di lima menit terakhir, para pendukung Asante Kotoko mulai menjebol kursi dari tribune dan langsung melemparkannya ke lapangan karena merasa frustasi. Polisi pun menembakkan gas air mata ke arah kerumunan yang menyebabkan kepanikan.

Kondisi saat itu diperparah karena gerbang stadion terkunci dan mengakibatkan para penonton tidak dapat keluar dari stadion. Dikabarkan sebanyak 126 korban tewas akibat kekurangan oksigen.

Atas kejadian tersebut, enam polisi didakwa atas pembunuhan. Anak-anak dari para korban kemudian diberikan beasiswa khusus oleh Pemerintah Ghana.