Inflasi Sumsel Diprediksi Tembus Dua Digit di Akhir Tahun, Angka Kemiskinan Siap-siap Naik

ilustrasi Inflasi. (ist/rmolsumsel.id)
ilustrasi Inflasi. (ist/rmolsumsel.id)

Kenaikan harga cabai dalam beberapa pekan terakhir menimbulkan gejolak inflasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel mencatat, angka inflasi di Juni 2022 mencapai 0,89 persen.


Angka tersebut mengalami kenaikan dari bulan lalu yang mencapai 0,83 persen. Gejolak inflasi tersebut disebabkan adanya kenaikan sejumlah barang kebutuhan pokok. Diantaranya cabai merah yang harganya saat ini mencapai Rp100 ribu, bawang merah dan telur ayam ras.

Kepala BPS Sumsel, Zulkipli melalui Koordinator Fungsi Statistik Distribusi, Sukerik mengatakan, perubahan harga yang dialami ketiga komoditas tersebut cukup tinggi. Cabai merah naik harganya rata-rata sebesar 63,46 persen menyumbang andil inflasi umum sebesar 0,565 persen, bawang merah naik harganya rata-rata sebesar 28,80 persen menyumbang andil inflasi umum sebesar 0,153 persen, telur ayam ras naik harganya rata-rata sebesar 6,74 persen menyumbang andil inflasi umum sebesar 0,065 persen.

“Kenaikan ini hampir merata terjadi di seluruh wilayah Sumsel,” katanya.  

Dia mengatakan, angka Inflasi Sumsel secara kumulatif untuk periode Januari-Juni 2022 telah mencapai 4,36 persen. Selanjutnya inflasi Tahunan (year to year) Juni 2022 terhadapi Juni 2021 mencapai 5,39 persen.

“Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka inflasi di Sumsel bisa mencapai angka dua digit di akhir tahun. Sehingga pemerintah daerah harus mengambil langkah-langkah agar angka tersebut bisa menurun,” bebernya.

Menurutnya, angka inflasi erat kaitannya  dengan kemiskinan. Lantaran perhitungannya berdasarkan angka kebutuhan hidup yang dibandingkan dengan pendapatan masyarakat. “Apabila harga kebutuhan tinggi sementara pendapatan tetap, maka angka kemiskinan juga diprediksi bisa meningkat,” bebernya.

Berdasarkan pemantauan harga selama bulan Juni 2022 pada 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa 85 kota IHK mengalami inflasi, sedangkan lima lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Gunung Sitoli sebesar 2,72 persen, inflasi terendah terjadi di Kota Pontianak sebesar 0,07 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Kendari sebesar 0,61 persen, deflasi terendah terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 0,03 persen.