Perekonomian Indonesia saat ini telah pulih. Hal ini terlihat dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang sudah kembali pada pre-Covid level.
- Titik Terendah, Rupiah Tembus Rp15.580 per Dollar AS
- Rektor ITB-AD : Logikanya, Kalau Ekonomi Meroket 7 Persen Kemiskinan Pasti Turun
Baca Juga
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia menjadi negara yang pemulihan ekonominya sudah bisa mencapai level sebelum pandemi Covid-19 bahkan lebih baik. Bahkan PDB negara-negara ASEAN maupun emerging country di dunia masih berada di sekitar 94 hingga 97 persen.
“Ini adalah suatu pemulihan yang cukup cepat. Hanya 5 kuartal kita sudah bisa kembali ke PDB (Produk Domestik Bruto) sebelum terjadi musibah Covid,” kata Menkeu, Rabu (16/2).
Menkeu memaparkan kondisi tersebut didukung oleh pemulihan, baik di sisi permintaan, seperti konsumsi, investasi, dan ekspor, maupun dari sisi produksi yaitu manufaktur, perdagangan, dan konstruksi.
Oleh karena itu, kebijakan ekonomi makro tahun 2023 akan mendorong pemulihan yang berasal dari sumber-sumber pertumbuhan yang tidak hanya tergantung kepada APBN.
“APBN tetap akan suportif, namun sekarang peranan dari non-APBN menjadi penting. Konsumsi, investasi, ekspor kenaikannya cukup tinggi dan juga yang berasal dari institusi keuangan, seperti perbankan,” ujar Menkeu.
Pemerintah berkomitmen menyusun APBN 2023 secara sangat hati-hati demi terwujudnya konsolidasi fiskal tahun 2023, yakni defisit kembali di bawah 3 persen.
“Kita akan menyusun anggaran APBN 2023 secara sangat hati-hati dengan tetap memperhatikan ancaman dari pandemi yang kita harapkan akan semakin berubah menjadi endemik atau normal, serta munculnya tantangan-tantangan baru yang harus kita waspadai,” tukas Menkeu.
- Titik Terendah, Rupiah Tembus Rp15.580 per Dollar AS
- Anggaran Transfer ke Daerah 2023 Bakal Tembus Rp811 Triliun
- Penerimaan Negara Diperkirakan Meningkat Capai Rp2.443 Triliun di Tahun 2023