Guncang Eropa, Gazprom Rusia Akan Tutup Pipa Gas Selama Tiga Hari

ilustrasi/net
ilustrasi/net

Eropa kembali menghadapi guncangan pasokan energi setelah sebelumnya gas yang disalurkan melalui pipa Gazprom sempat dikurangi, kini raksasa energi Rusia itu secara resmi mengumumkan penutupan pipa ke eropa selama tiga hari.


Seperti dikutip dari Brisbene Times, produsen Rusia tidak akan mengirimkan gas apa pun ke Jerman melalui pipa Nord Stream mulai 31 Agustus hingga 2 September karena alasan pemeliharaan.

"Pemeliharaan akan dilakukan oleh Siemens Energy. Setelah pekerjaan selesai dan tidak ada kerusakan teknis pada unit, gas akan kembali didistribusikan ke level 33 juta meter kubik per hari,” kata Gazprom dalam sebuah pernyataan.

Penutupan dilakukan di tengah banyaknya permintaan pasokan energi dari pasar gas Eropa yang telah gelisah selama berbulan-bulan karena Rusia secara progresif telah memotong pengiriman melalui pipa hingga tersisa 20 persen dari kapasitas yang tersedia.

Politisi Eropa menuduh Gazprom melakukan pembatasan hingga penutupan pipa untuk membalas sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia setelah menginvasi Ukraina.

Namun pihak Gazprom bersikeras membatah tuduhan tersebut dan berulangkali mengatakan bahwa masalah teknis menjadi kendala serius yang mengharuskan perusahaannya mengurangi hingga menutup pipa Nord Stream.

Menurut kepala analisis gas di ICIS  di London, Tom Marzec-Manser, kebijakan Gazprom di tengah perang Ukraina, akan dipandang secara politis oleh banyak pihak. Sebab, keputusan ini memunculkan ketakutan yang luas di Eropa apabila pipa tidak kembali beroperasi.

Jerman menjadi salah satu negara Eropa yang terpukul keras akibat wacana penutupan ini.  Sebab,  kemungkinan besar negara itu tidak memiliki cukup gas untuk menghadapi musim dingin, setelah upaya pengisian 95 persen pasokannya semakin terhambat akibat penutupan.  

Penutupan pipa juga akan memperparah harga gas eropa yang telah mengalami kenaikan mingguan terpanjang tahun ini pada Jumat (19/8). Potensi kenaikan lebih tinggi akan mengancam macetnya roda industri dan rumah tangga serta mendorong resesi ekonomi Eropa.