Genangan Air di Kawasan UIN Raden Fatah Hambat Aktivitas Mahasiswa

Banjir yang menggenangi dekat wilayah kampus UIN Raden Fatah/ist
Banjir yang menggenangi dekat wilayah kampus UIN Raden Fatah/ist

Hujan deras yang terjadi di Palembang, membuat timbulnya genangan air di sejumlah titik, termasuk disekitaran Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang. 


Genangan itu sangat mengganggu aktivitas mahasiswa yang hendak menuju ke Kampus UIN Raden Fatah. "Susah sekali kalau mau keluar, airnya sangat dalam dan surutnya sangat lama," Sindi, Mahasiswa semester 5 UIN Raden Fatah Palembang.

Sindi sendiri merupakan mahasiswa perantauan yang tinggal mengontrak di Lorong Masadaya, Pahlawan, Kecamatan Kemuning. Menurutnya ketika hujan lebat melanda, kawasan tersebut selalu banjir.

Seperti halnya kemarin (2/11), hujan dengan intensitas tinggi melanda Kota Palembang dari sore hingga malam. Namun genangan air akibat hujan tersebut masih terlihat hingga pukul 10.00 hari ini (3/11).

Sindi mengaku tidak hanya aktivitas perkuliahan yang terhambat, namun juga aktivitas mencari makan, tidur, bahkan untuk mandipun terhambat.

“Segalanya terhambat, mencari makan, tidur, mandi. Bahkan kalau nekat menerobos banjir pasti efeknya gatal-gatal,” imbuhnya.

Sindi berharap agar hal ini bisa ditangani oleh pihak pemerintahan. Alasan sindi memilih mengontrak di kawasan tersebut karena jarak dengan kampus yang dekat dan bisa dilakukan dengan berjalan kaki saja.

Sementara itu, genangan air juga masih terlihat di Jalan Lebak Mulyo, Pahlawan, Kecamatan kemuning. Salah satu warga kawasan tersebut, Lukman mengungkapkan sudah terbiasa dengan hal tersebut.

“Sudah biasa kalau begini, emang kalau setiap hujan pasti banjir terus di sini,” kata Lukman.

Lukman menjelaskan salah satu faktor penghambat air surut yakni pengaruh pasang Sungai Musi. Menurutnya apabila Sungai Musi mengalami pasang surut maka genangan air sedikit lebih cepat surut.

Kemudian faktor lain yang diungkapkan Lukman adalah padatnya pemukiman. Menurutnya penimbunan kawasan rawa untuk dijadikan pemukiman membuat air naik.

“Dahulu kan disini rawa semua, jadi semakin banyak ditimbun iya semakin banjir pasti,” pungkasnya.

Lukman sendiri sudah tinggal dikawasan tersebut sejak tahun 1990-an. Lukman mengaku tak sedikit mahasiswa yang mengalami nasib sial ketika banjir.

“Disini kan ramai mahasiswa yang ngontrak, jadi banyak kejadian mahasiswa yang terkena banjir. Mulai dari laptop terendam, buku-buku kebanjiran, bahkan ada yang hanyut,” ungkapnya.