Duta Budaya Fahum UIN Raden Fatah Dikenalkan Makan Ala Palembang, Ngidang

tradisi makan ala Palembang Ngidang/Dudi Oskandar
tradisi makan ala Palembang Ngidang/Dudi Oskandar

Sebanyak 20 orang Duta Budaya Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum) UIN Raden Fatah Palembang  2021 yang terpilih bersama panitia  sekitar 6 orang melakukan kunjungan ke Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam, Rabu (9/6).


Dalam kunjungan tersebut mereka ingin mengetahui kebudayaan dari Kesultanan Palembang Darussalam termasuk tradisi makan ala Palembang Ngidang dan belajar tari sambut Kesultanan Palembang Darussalam yaitu tari sondok piyogo.

Kedatangan mereka disambut oleh Sultan Palembang, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Jaya Wikrama R.M.Fauwaz Diradja,S.H.M.Kn yang didampingi

R.M.Rasyid Tohir,S.H, Dato’ Pangeran Nato Rasyid Tohir, , Pangeran Surya Kemas A. R. Panji, Raden Zainal Abidin Rahman Dato’ Pangeran Puspo Kesumo, Pangeran Jayo Syarif Lukman, Pangeran Mas’ud Khan dan pencipta tari Sodok Piyogo , Iman Kasta.

Juga hadir Wakil Dekan II  Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Nyimas Umi Kalsum, M. Hum bersama Duta Budaya Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum) UIN Raden Fatah Palembang  tahun 2021.

Menurut SMB IV, 20 orang Duta Budaya Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum) UIN Raden Fatah Palembang  2021 yang terpilih bersama panitia  sekitar 6 orang ini melakukan kunjungan ke Istana Adat Kesultanan Palembang Darussalam.

“ Kami dari Kesultanan Palembang Darussalam bisa memberikan edukasi , saat ini kita memberikan edukasi  makan ala Palembang hidangan dimana mereka belajar bagaimana  untuk menghidangkan  makanan-makanan dengan tradisi Palembang,” katanya.

Dia melihat para duta budaya tersebut sangat senang dan kagum  dengan kearipan lokal Palembang dan mereka belajar bagaimana menghidangkan dengan baik sehingga tampak cantik dan  bisa menjadi kekayaan hak milik intelektual kita bersama.

“Budaya ini harus kita lestarikan dan harus kita beritahu kepada mereka , agar mereka tahu bagaimana tradisi di Palembang , ada namanya makan hidangan, ada buluh sebatang ada kambangan , jadi yang paling sering kita tampilkan hidangan, “ katanya,

Sedangkan Wakil Dekan II  Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Nyimas Umi Kalsum, M. Hum. Mengatakan, para duta budaya ini sebenarnya sudah mengenal makan ala Palembang , Ngidang saat di karantina selama satu minggu sebelumnya.

“ Mereka tahu karena saat karantina diajarkan materi tentang  budaya Palembang  ketika mereka dikarantina selama satu minggu   untuk mengetahui budaya Sumsel  terutama Palembang khususnya,” katanya

Selain itu duta budaya ini juga menurutnya dikenalkan dengan tari sambut Kesultanan Palembang Darussalam, Sondok Piyogo. Sedangkan Pangeran Surya Kemas A. R. Panji,menjelaskan

Palembang memiliki kekayaan makanan yang sangat beraneka ragam. Dalam budaya melayu, menghormati dan memuliakan tamu khususnya di Palembang menjadi sesuatu yang sangat dianjurkan sesuai dengan ajaran Islam yang menjadi agama resmi dalam kehidupan masyarakat Palembang.

Tradisi menyajikan makanan bersama menjadi kebiasaan dalam menyambut tamu serta menjalin silaturrahmi. Tradisi ini sering dilakukan saat mengadakan sedekah atau acara adat yang ada di Palembang.

“Bila ngidang merupakan menyajikan makanan di atas kain, ngobeng adalah petugas khusus untuk membantu tamu, seperti membawakan makanan para tamu, menolong membawa ceret air dengan wadah sisa air bilasan setelah tamu selesai mencuci tangan. Secara teknis, ngobeng dilakukan dengan mengoper hidangan ke tempat makan,” kata sejarawan Palembang ini.

Mengoper tersebut menurutnya bertujuan agar makanan segera tiba dan meringankan orang yang membawanya. Biasanya ada orang yang ditunjuk bertugas membawa baskom atau ceret berisi air untuk tamu mencuci tangan. Karena dalam ngidang, tamu tidak menggunakan sendok untuk makan akan tetapi para tamu makan dengan menggunakan tangan.

“Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ngidang berasal dari kata hidang atau menghidangkan yang berarti menyuguhkan makanan, minuman dan sebagainya kepada orang lain,” kata Dosen UIN Raden Fatah ini.