Diskusi Peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam Palembang: Menelisik Peran Situs dan Tokoh Lokal dalam Pembelajaran Sejarah Kemerdekaan

Diskusi sejarah dengan tema "Situs-situs dan Tokoh-tokoh P5H5M Bagi Pembelajaran Sejarah Lokal di Sumsel". (ist/rmolsumsel.id)
Diskusi sejarah dengan tema "Situs-situs dan Tokoh-tokoh P5H5M Bagi Pembelajaran Sejarah Lokal di Sumsel". (ist/rmolsumsel.id)

Pada hari ketiga peringatan Pertempuran Lima Hari Lima Malam (P5H5M) di Palembang, Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumatera Selatan menggelar diskusi sejarah dengan tema "Situs-situs dan Tokoh-tokoh P5H5M Bagi Pembelajaran Sejarah Lokal di Sumsel". 


Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Kesenian Palembang pada Senin (30/12) dan dihadiri oleh guru, siswa, mahasiswa, aktivis, sejarawan, budayawan, serta masyarakat kota Palembang.

Diskusi menghadirkan dua pemateri, yaitu guru sejarah SMAN 22 Palembang, Yusnidar, S.Pd., M.Si, dan Peneliti Muda Multimedia Sejarah, Rillo Abyudaya, S.Pd. GR. Yusnidar mengungkapkan bahwa Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang adalah peristiwa penting yang harus dikenang sebagai bagian dari perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaannya dari penjajahan Belanda (NICA). Pertempuran tersebut berlangsung pada 1-5 Januari 1947, dengan Palembang sebagai salah satu lokasi strategis yang menjadi sasaran Belanda.

"Palembang memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia, serta menjadi pusat kegiatan yang menjadikannya sasaran utama Belanda," kata Yusnidar. Ia juga menjelaskan bahwa pertempuran ini terjadi di beberapa lokasi penting, dengan Benteng Kuto Besak (BKB) menjadi pusat pertahanan utama Belanda. Sedangkan pertahanan masyarakat Palembang tersebar di berbagai titik.

Rillo Abyudaya, S.Pd. GR, menjelaskan bahwa pada hari pertama terjadi pertempuran sengit di Tengkuruk, di mana pejuang Palembang menyerbu dan mengepung pasukan Belanda yang bertahan. Pada hari kedua dan ketiga, pasukan Belanda menyerang pusat pertahanan di Masjid Agung Palembang, namun berhasil ditangguhkan oleh pasukan Batalyon Gani dan tokoh masyarakat setempat. Serangan dari arah Talang Betutu juga berhasil dihentikan oleh para pejuang Palembang yang dipimpin oleh Lettu Wahid Luddien.

Diskusi juga menyoroti beberapa tokoh yang berperan penting dalam pertempuran tersebut, antara lain Kolonel Maludin Simbolon, Letnan Kolonel Bambang Utoyo, Mayor Rasyad Nawawi, dan Kapten Alamsyah. Rillo menegaskan bahwa pertempuran ini merupakan momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang menunjukkan keteguhan dan semangat juang rakyat Indonesia dalam menghadapi penjajah.