Kasus kematian Diego Maradona terus bergulir, delapan personel medis yang diduga terlibat atas meninggalnya legenda sepakbola Argentina itu akan diadili atas dugaan kelalaian kriminal.
- Galian Pasir Akibatkan Longsor di 3 Kecamatan, Pemkab Ogan Ilir akan Disiplinkan Penambang
- Anggota Ditpolairud Polda Sumsel Tes Urine Dadakan, Ini Hasilnya
- Antisipasi Lonjakan Pemudik, Hutama Karya Buka Tiga Ruas Tol Fungsional di Sumatera
Baca Juga
Delapan tersangka, termasuk dokter dan perawat keluarga Maradona dinyatakan bersalah pada Rabu (22/6) berdasarkan bukti bahwa mereka telah gagal mengambil "tindakan yang dapat mencegah kematian" pada November 2020. Tidak ada tanggal percobaan yang telah ditetapkan.
Maradona meninggal pada usia 60 di tempat tidurnya dua minggu setelah menjalani operasi otak untuk pembekuan darah, di sebuah rumah kontrakan di lingkungan eksklusif Buenos Aires di mana dia dirawat setelah keluar dari rumah sakit. Ia ditemukan meninggal karena serangan jantung.
Sebuah panel yang terdiri dari 20 ahli medis yang dibentuk oleh jaksa penuntut umum Argentina menyimpulkan tahun lalu bahwa perawatan Maradona penuh dengan kekurangan dan ketidakberesan.
Dikatakan pesepakbola akan memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup dengan perawatan yang memadai di fasilitas medis yang sesuai.
Para ahli menemukan bahwa pengasuhnya telah meninggalkan Maradona dalam "periode yang menyiksa dan berkepanjangan" menjelang kematiannya.
Terdakwa dalam kasus ini adalah ahli bedah saraf dan dokter keluarga Leopoldo Luque, psikiater Agustina Cosachov, psikolog Carlos Diaz, koordinator medis Nancy Forlini, koordinator keperawatan Mariano Perroni, perawat Ricardo Almiron dan Dahiana Madrid, dan dokter Pedro Paglo Di Spagna.
Mereka terancam hukuman mulai dari delapan hingga 25 tahun penjara. Investigasi dibuka menyusul pengaduan yang diajukan oleh dua dari lima anak Maradona terhadap Luque, yang mereka salahkan atas kemerosotan ayah mereka setelah operasi.
Maradona secara luas dianggap sebagai salah satu pesepakbola terhebat dalam sejarah. Mantan bintang Boca Juniors, Barcelona dan Napoli itu menderita gangguan hati, ginjal, dan kardiovaskular saat meninggal.
Kematiannya mengejutkan penggemar di seluruh dunia, dan puluhan ribu orang mengantri untuk melewati peti matinya, yang terbungkus bendera Argentina, di istana presiden di Buenos Aires di tengah tiga hari berkabung nasional.
- Dua Rumah di Paiker Empat Lawang Jadi Arang
- Dituduh Mengintip Orang Mandi, Bocah 16 Tahun Babak Belur Dikeroyok Tetangga
- Potensi Timbulkan Kerumunan, Aliansi Mahasiswa Tolak Kunjungan Jokowi ke Lampung