Dari Kata ke Rupa, Penyair Palembang Konversikan Puisi Jadi Lukisan

Dua pelukis Palembang, Fir Azwar (kiri) dan Iqbal J Permana (kanan) saat memamerkan hasil lukisan kolaborasinya saat pagelaran seni rupa Sukma Ekologis.  (adam/rmolsumsel.id)
Dua pelukis Palembang, Fir Azwar (kiri) dan Iqbal J Permana (kanan) saat memamerkan hasil lukisan kolaborasinya saat pagelaran seni rupa Sukma Ekologis. (adam/rmolsumsel.id)

Sejak tiga tahun terakhir, penyair Palembang Iqbal J Permana konsisten menggeluti hobinya melukis. Pemilik nama lengkap Muhammad Iqbal Jauhar Ganda Permana ini pun berhasil menelurkan 23 karya lukisan yang dipamerkan pada pagelaran seni rupa bertajuk Sukma Ekologis Dalam Karya Iqbal J Permana dan Fir Azwar di Auditorium RRI Palembang, Kamis (10/11).


Lukisannya yang bertema kearifan lokal nusantara dan lingkungan ini memukau pengunjung yang hadir. Seperti berbagai karya puisinya yang terlebih dahulu terkenal. Tema lingkungan memang menjadi sumber inspirasi Iqbal dalam berkarya. Sejak duduk di bangku SMP, pria kelahiran Bengkulu, 17 Juni 1964 ini telah menulis berbagai karya sastra, utamanya puisi. 

Iqbal di masa muda juga aktif di teater, dan pantomim. Kumpulan puisinya sebut saja Kekasihku Musi Kekasihku Mimpi (bersama Toton Da’i Permana) dan Seluang Poetica (2012) coba dikonversikannya ke dalam bentuk lukisan. Bagi Iqbal, kedua jenis seni ini memiliki persamaan. Bedanya hanya terletak pada medianya saja. 

"Kalau puisi itu dalam bentuk kata. Sementara lukisan ditumpahkan kedalam kanvas," ungkapnya. 

Alumni Universitas Sriwijaya ini memang terkesan dengan kearifan alam yang menyajikan keaslian estetis dari Sang Pencipta, sekaligus juga tentang budaya yang mengkutinya. Seperti lukisannya yang berjudul Sedasir Gajah Itu dan Sedasir Ngape Ditimbak menggambarkan tradisi masyarakat OKu Selatan berburu gajah. 

Kemudian ada juga Pulun Buaye 1, 2 dan 3 yang menggambarkan kemampuan pengendali buaya yang dimiliki masyarakat Ogan Ilir. Tema-tema kearifan lokal yang diekspresikan dalam lukisan ciptaan Iqbal ini juga banyak ditemukan dalam kumpulan puisi ciptaannya. 

"Inspirasi melukis saya ini banyak berasal dari buku puisi saya Seluang Poetica yang dilaunching di Swedia, 2012 lalu," ucapnya. 

Kolaborasinya bersama Fir Azwar menjadi sinergi lantaran keduanya memiliki konsentrasi yang sama dalam berkarya dengan mengangkat tema lingkungan. Keduanya juga sukses mempertontonkan keahliannya dengan berkolaborasi membuat dua lukisan yang ketika disatukan membentuk gambar ikan belido. 

Lukisan ikan belido itu sendiri diangkat lantaran jumlahnya yang semakin sedikit di perairan Sumsel akibat kerusakan lingkungan hingga penangkapan besar-besaran. 

Budayawan Palembang, Vebry Al Lintani yang hadir dalam pembukaan pagelaran seni rupa tersebut menyebut kegiatan ini merupakan sesuatu yang langka di tengah kemiskinan sarana dan prasarana kesenian yang ada di Palembang. Kedua seniman ini masih sempat berkarya dengan jumlah yang cukup produktif.

Pihaknya berharap pihak Pemkot Palembang dan Pemprov Sumsel bisa menyediakan satu gedung kesenian yang ada di Palembang. Sehingga pameran seperti  ini bisa dilaksanakan dengan baik.

"Dengan ruangan seadanya kita pamerkan ada  53 karya lukis, 30 karya milik Fir Azwar dan 23 karya dari Iqbal J Permana yang semuanya bertema ekologis," tandasnya.