Bendahara PWI Muara Enim Diusir Saat Peresmian Museum Batubara PTBA

Puluhan jurnalis di Muara Enim yang dilarang meliput kegiatan PTBA. (Noviansyah/rmolsumsel.id)
Puluhan jurnalis di Muara Enim yang dilarang meliput kegiatan PTBA. (Noviansyah/rmolsumsel.id)

Kejadian tidak mengenakan dialami oleh Bendahara PWI Muara Enim, Ika Anggraeni beserta puluhan wartawan di Bumi Serasan Sekundang. Pasalnya, mereka diusir saat akan meliput dan mendokumentasikan peresmian Museum Batubara PT Bukit Asam (PTBA), Rabu (17/8).


Kejadian ini berawal saat akan melakukan pemotongan pita oleh PJ Bupati dan Direksi PTBA. Saat itu, oknum staf PTBA menghalang-halangi puluhan wartawan. Bahkan, para wartawan tidak diperbolehkan keluar dari pagar pembatas penonton dan tamu undangan.

Sempat terjadi perdebatan antara kedua belah pihak. Hingga akhirnya, para wartawan memilih meninggalkan lokasi acara sebelum kegiatan tersebut berakhir.

Ika Anggraeni mengatakan saat kejadian dirinya yang sedang melakukan tugas meliput kegiatan. Namun, ditarik paksa oleh oknum staf Humas PTBA tersebut dan menuding jika dirinya melakukan perbuatan tidak sopan.

"Saya kan sedang meliput, karena melihat rekan-rekan wartawan lain yang aksesnya dibatasi sehingga tidak leluasa meliput saya menghampiri Direktur Operasional PTBA untuk menanyakan hal tersebut. Namun belum selesai bicara, tiba-tiba seorang oknum staf Humas PTBA menarik saya secara paksa dan menuduh saya berperilaku tidak sopan," papar Ika.

Ika pun mempertanyakan perilaku dirinya mana yang dianggap tidak sopan tersebut. Padahal dirinya bekerja dengan tetap menjaga etika sewajarnya wartawan. Dia juga sempat mempertanyakan apakah wartawan dilarang melakukan peliputan kepada Sekretaris Perusahaan PTBA, Apolonius Andwie. Namun, secara tegas Sekper PTBA tersebut mengatakan tidak boleh.

"Kita datang kesini untuk bertugas melakukan peliputan, apalagi dari penyelenggara pihak PTBA memberikan kartu tanda media. Jadi untuk apa ada kartu tersebut kalau kami tidak diperbolehkan meliput dan hanya disuruh duduk seperti acara kondangan," paparnya.

Hal senada disampaikan oleh Andreas Eko Prakoso yang juga meliput pada kegiatan itu. Dirinya bahkan bingung karena layout posisi wartawan sangat terbatas dan hanya diminta duduk menunggu press release.

"Tujuan kita datang kan untuk meliput dan membuat berita secara langsung sesuai apa yang didengar dan terjadi di lapangan. Jika hanya menunggu rilis saja jadi apa gunanya kita datang?" tanya Andreas.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Produksi dan Operasi PTBA Suhedi saat dihubungi awak media menyebut belum mengetahui peristiwa pembatasan akses wartawan ini. Dia mengaku jika PTBA tidak ada larangan bagi wartawan untuk meliput.

"Nanti kami coba cari letak permasalahannya dulu," katanya.