Kematian Nurul Hidayat alias Dayat (29), salah seorang pekerja PT Nusa Indo Abadi (NIA) yang tewas terlindas truk di areal pertambangan PT Lematang Coal Lestari (LCL) sudah memasuki hari ketiga
- Penembakan Massal di Hari Kemerdekaan Amerika Serikat Telah Direncanakan, Ditemukan 5 Senjata Api Ilegal
- Tiga Mobil Kecelakaan di Tol Prabumulih-Indralaya, Satu Tewas, Dua Luka-luka
- Tabrak Pelajar SMP hingga Tewas, Bripka Alexander Ditahan Polres Lubuklinggau
Baca Juga
Sebuah acara tahlilan sederhana, Minggu malam (16/8), digelar pihak keluarga di kediaman almarhum yang berada di Dusun II Desa Gunung Raja Kecamatan Empat Petulai Dangku Kabupaten Muara Enim. Dua unit tenda dipasang di pekarangan rumah almarhum.
Kerabat dan tetangga datang untuk mendoakan almarhum yang meninggalkan seorang istri dan satu orang anak ini. Kesedihan mendalam masih dirasakan pihak keluarga.
Terutama ayah almarhum Dayat, Ardi (63). Ia masih tak menyangka telah kehilangan anak kelimanya tersebut. Pria yang berprofesi sebagai sopir travel tersebut mengaku terakhir berkomunikasi dengan almarhum sehari sebelum kejadian. Saat itu, almarhum datang ke rumahnya untuk melihat keadaannya. "Ya biasa saja. Ngobrol sama ibunya," kata Ardi saat dibincangi di kediamannya.
Bagi Ardi, anaknya tersebut sudah seperti tulang punggung bagi keluarga. Sedari muda, almarhum Dayat sudah hidup mandiri. Tidak ingin merepotkan orang tua. Sehingga, lepas dari SMA, Ardi giat mencari kerja. Hingga akhirnya diterima di perusahaan tempatnya bekerja untuk pertama dan terakhir kalinya.

Di perusahaan tersebut, Dayat telah mengabdikan hidupnya selama 10 tahun. Ardi kurang tahu secara detail pekerjaan yang digeluti anaknya. Hanya saja, karir anaknya di perusahaan tersebut cukup moncer. Hingga dipercaya menjabat sebagai pormen atau mandor.
Sepengetahuan Ardi, di jabatan anaknya sekarang, pekerjaan yang dilakukan yakni mengatur arus keluar masuk kendaraan yang ada di areal tambang. "Kalau dia (almarhum Dayat,red) cerita, truk yang diaturnya itu mengangkut material tanah. Setelah tanah digali dan terdapat batubaranya, pengangkutan menggunakan mobil lain yang khusus mengangkut batubara," ucapnya.
Ardi mengatakan, anaknya tersebut sering membantu keluarga dengan menyisihkan gaji yang didapatnya per bulan. Tak hanya itu, anak bungsunya juga ikut bekerja di pertambangan melalui rekomendasi dari almarhum.
"Jadi yang kerja di tambang ini Dayat sama adiknya. Yang bungsu. Mereka berdua yang kerja di tambang," tuturnya.
Ardi mengaku hingga kini dirinya dan keluarga masih belum mengetahui kronologis kejadian yang menimpa anaknya. Sebab, pihak perusahaan masih belum memberikan penjelasan. Walaupun perwakilan perusahaan sudah datang menemui keluarga dan berjanji mau bertanggung jawab.
"Kami sampai sekarang tidak tahu. Seperti apa kronologis sebenarnya. Cuma tahu dari cerita rekan kerjanya. Itupun kebanyakan berbeda satu sama lain. Belum ada penjelasan yang detail mengenai asal mula peristiwa itu terjadi," ucapnya.
Kabar mengenai kematian anaknya itu juga bukan disampaikan pihak perusahaan. Kebetulan, ada keponakannya yang bekerja di areal pertambangan. Namun berbeda bagian dengan anaknya. Keponakannya tersebut meminta ayahnya yang merupakan kakak Ardi untuk memberitahukan kabar duka tersebut.
"Jadi saya tahunya itu dari kakak saya. Dia tahu dari anaknya. Kemudian kami sekeluarga langsung ke rumah sakit untuk melihat kondisi. Kalau informasi dari rekannya, anak saya ini meninggal di jalan," bebernya.
Ia dan keluarga saat ini masih bingung dengan kelanjutan dari kasus anaknya tersebut. Hanya saja, ia mengharapkan aparat terkait bisa mengusut tuntas kasus kematian anaknya. Jangan sampai kejadian yang sama dapat terulang dan menimpa orang lain. Apalagi, masih ada anaknya yang lain berprofesi sebagai pekerja tambang.
"Kami keluarga tentu akan musyawarah dulu. Bagaimana ini kedepannya. Kalau bisa jangan lagi ada kejadian seperti ini," tuturnya.
Menurutnya, kejadian yang menimpa Dayat cukup menghebohkan masyarakat. Khususnya di Desa Gunung Raja. Sebab, mayoritas warga di desa tersebut banyak yang bekerja di areal pertambangan. Ia mengatakan, kejadian kecelakaan sebenarnya sudah sering terjadi. Mulai dari mobil terbalik dan lainnya.
"Tapi untuk yang terlindas truk sampai tewas ini baru menimpa anak saya. Sebelum-sebelumnya kalau cerita orang ini sudah banyak kejadian kecelakaan. Hanya saja tidak sampai ada korban jiwa. Nah, baru menimpa anak saya ini. Makanya jadi heboh," terangnya.
Ardi mengatakan saat ini pihak keluarga fokus terhadap nasib anak dan istri Dayat. Apalagi, istrinya selama ini tidak bekerja dan hanya menggantungkan hidupnya dari pendapatan Dayat sebagai mandor di perusahaan tambang. "Makanya itu, kami sangat menantikan seperti apa pertanggung jawaban dari pihak perusahaan. Karena ini menyangkut nasib anak dan istri yang ditinggalkan," pungkasnya.
- Ratusan Masyarakat Muara Enim, Pali dan Prabumulih Minta Gubernur Tidak Keluarkan Izin Aktivitas Musi Prima Coal
- Lematang Coal Lestari Divonis Denda 2 Miliar karena Terbukti Pindahkan Sungai Penimur, Bagaimana Kompensasi untuk Warga?
- Minim Pengawasan Pusat, Pelanggaran Tambang di Sumsel Tak Terkontrol