Penembakan Massal di Hari Kemerdekaan Amerika Serikat Telah Direncanakan, Ditemukan 5 Senjata Api Ilegal

Robert E. Crimo III, tersangka penembakan massal di Highland Park, Chicago, Illinois, Amerika Serikat pada 4 Juli 2022/Net
Robert E. Crimo III, tersangka penembakan massal di Highland Park, Chicago, Illinois, Amerika Serikat pada 4 Juli 2022/Net

Penembakan massal di hari kemerdekaan Amerika Serikat (AS) yang dilakukan tersangka Robert E Crimo III ternyata sudah direncanakan.


Diketahui penembakan massal itu terjadi di Higland Park, Chicago,  Illinois, Amerika Serikat (AS), pada Senin (4/7/2022) lalu.

Dalam kejadian itu, dilaporkan tujuh orang tewas dan 30 lainnya mengalami luka-luka.

Sersan Christopher Covelli dari Satuan Tugas Kejahatan Besar Lake Country mengatakan, penembakan massal itu telah direncanakan selama beberapa minggu. 

Untuk itu, kata Covelli, aparat penegak hukum menilai aksi Crimo sebagai kejahatan yang diatur dan direncanakan dengan baik.

Polisi mengatakan, telah mengenal Crimo sejak September 2019. Ketika itu, salah seorang anggota keluarganya menelepon polisi dan menyebut Crimo telah mengancam akan membunuh semua orang yang ada di rumahnya.

Selain itu, polisi juga mendapatkan laporan upaya bunuh diri dari tersangka.

"Crimo tidak terbukti memiliki senjata api selama insiden sebelumnya” kata Covelli, dikutip dari TRT Wold.

Ditemukan lima senjata ilegal

Covelli menyebut, pihaknya menemukan lima senjata api ilegal, salah satu senjata api yang ditemukan oleh polisi adalah senapan berkekuatan tinggi yang mirip dengan AR-15, yang mampu menembakkan lebih dari 70 peluru.

Senjata itu, kata Covelli, adalah senjata yang diduga telah digunakan oleh Crimo untuk menjalankan aksinya pada Senin (4/7/2022), ketika banyak orang menyaksikan parade Hari Kemerdekaan.

Pada aksi penembakan massal yang dilakukan Crimo membuat tujuh orang meninggal dunia dan lebih dari 30 lainnya terluka.

Kepolisian negara bagian Illinois mengatakan bahwa Crimo pernah mengajukan lisensi kepemilikan senjata pada Desember 2019 silam. Saat itu, ia berusia 19 tahun dan mendapat dukungan dari sang ayah, seperti dimuat ABC News.

Meski ketika itu Crimo sudah menunjukkan tanda-tanda terkait kecenderungan melakukan kekerasan, polisi berdalih tidak ada dasar yang cukup untuk menolak pengajuan kepemilikan senjata.