Perusahaan minyak Colonial Pipeline Co, bulan lalu, mendapat serangan siber besar-besaran yang mengganggu pasokan minyak di Amerika Serikat. Sistem di perusahaan mereka diretas oleh sekelompok hacker yang disinyalir FBI merupakan kelompok DarkSide yang berada di Rusia.
- Sanksi Baru Uni Eropa: Melarang Semua Layanan Kripto untuk Rusia
- Harga Bitcoin Anjlok, Banyak Pemberi Pinjaman Tarik Diri
- Pasar Kripto Anjlok, Begini Langkah yang Harus Diambil
Baca Juga
Perusahaan menyebut telah membayar peretas hampir 5 juta dolar AS untuk mendapatkan kembali akses tersebut. Pembayaran dilakukan dalam bentuk mata uang virtual bitcoin.
Hanya saja, pemerintah AS berhasil menyita 2,3 juta dolar AS atau setara Rp32,8 miliar (Rp14.200/dolar AS) uang tebusan tersebut dalam bentuk bitcoin. Hal ini diumumkan langsung Departemen Kehakiman, Senin (7/6). Dimana mereka telah menyita 63,7 bitcoin dari pembayaran tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, nilai bitcoun telah turun menjadi sekitar 34 ribu dolar AS, setelah mencapai puncaknya sebesar 63 ribu pada April.
Dilaporkan Reuters, penyitaan sebagian besar dana tersebut berhasil dilakukan karena FBI memiliki kunci pribadi untuk membuka dompet bitcoin. Namun tidak jelas bagaimana FBI mendapatkan akses ke kunci tersebut.
Seorang hakim di San Francisco kemudian menyetujui penyitaan dana dari alamat mata uang kripto tersebut. Penyitaan bitcoin sendiri jarang terjadi, tetapi pihak berwenang telah meningkatkan keahlian dalam melacak aliran uang digital terhadap ransomware yang telah menjadi ancaman keamanan nasional.
Serangan siber itu sendiri bukan hanya menyebabkan lonjakan harga gas dan kekurangan bahan bakar, namun juga berpengaruh pada ketegangan hubungan antara AS dan Rusia.
- 2100 Postingan Fufufafa Bukan Dihapus Hacker
- FBI Ungkap Identitas Penembak Trump, Ternyata Masih Muda!
- Lima Penyedia Layanan Hacker Dunia Tertangkap di Polandia