Tahun 2020, masih ada cerita anak putus sekolah. Program pemerintah di bidang pendidikan rupanya belum menyentuh semua anak. Salah satunya adalah Rizki dan Novi, warga miskin yang hidup serba kekurangan.
- Kunjungi Pameran Seni Rupa Pelajar di Jakabaring, Ketua Komisi V DPRD Sumsel Kagum dengan Dua Karya Lukisan Ini
- Link Utama Error? Ini 28 Link Mirror Cek Pengumuman SBMPTN 2022
- Mantan Rektor Unbara Dilantik jadi Direktur Pascasarjana Pertama
Baca Juga
Rizki dan Novi bertempat tinggal di Jalan Lebak Mulyo No.224 RT 003/RW 001 Kelurahan 20 Ilir II Kecamatan Kemuning, Palembang.
Dikatakan Rizki, meski dirinya telah lulus dari SMK Negeri di Palembang. Namun ia belum mendapatkan pekerjaan, sedangkan adiknya Novi terpaksa harus putus sekolah.
"Ayah dan ibu saya telah meninggal dunia. Novi putus sekolah dikarenakan faktor biaya, meski Novi mempunyai semangat untuk melanjutkan pendidikan tapi apadaya tak punya biaya.Tidak bisa memaksa kakek untuk mencari uang lebih keras lagi. Usia kakek sudah tak pantas lagi untuk bekerja keras," ujarnya, Selasa (28/7).
Kemudian kakek Rizki dan Novi, yakni Saari menuturkan, rutinitas keseharian keluarganya. Ia bekerja sebagai buruh cuci piring di salah rumah makan nasi soto di pinggir jalan, dan juga mengumpulkan barang-barang bekas (pemulung, red).
"Dari bekerja itu penghasilannya tidak mencukupi untuk biaya pendidikan cukup untuk makan saja," kisahnya, Selasa (28/7/2020).
Ia risau karena Novi, cucunya yang masih usia sekolah, tidak bisa melanjutkan pendidikannya.
"Setiap kali melihat anak-anak seusianya berangkat atau pulang sekolah, saya sering menangis sendiri. Saya ingin cucu saya seperti mereka bisa sekolah lagi," ungkap dia lirih.
Sementara itu, Kepala sanggar kegiatan belajar (SKB) dan sekolah Filial Kota Palembang, Herman Wijaya mengatakan, sebagai sekolah yang menampung siswa tidak mampu, pihaknya siap untuk menampung anak-anak yang putus sekolah dan buta huruf, sehingga mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak - anak yang lain pada umumnya.
"Mereka yang putus sekolah masih usia sekolah kita tempatkan di sekolah filial, sedangkan mereka yang putus sekolah tetapi tidak usia sekolah kita arahkan di sekolah kesetaraan dan di SKB," jelasnya
Menurut Herman, anak yang putus sekolah ini kepribadiannya lebih dari standar begitu pun dengan sopan santunnya sehingga tidak cukup pembinaannya hanya guru.
"Tetapi kita juga melibatkan pihak yang berwenang untuk mencerdaskan anak tersebut, nanti kami akan mendatangi kediaman rumah Pak Saari," tutupnya.[ida]
- Program Makan Bergizi Gratis di Palembang Kembali Berjalan, Targetkan Jangkau 300 Sekolah
- Insentif Guru Honor di Sumsel Segera Dibayarkan, Ternyata Ini yang Menghambat Pencairan
- Kampanye "Biarkan Perempuan Belajar" Viral di Media Sosial Afganistan