Tidak Divaksinasi Bikin Novak Djokovic Dideportasi dari Australia

Petenis Serbia Novak Djokovic meninggalkan Park Hotel saat berada di bawah tahanan imigrasi, untuk bertemu dengan tim hukumnya setelah visanya untuk bermain di Australia Open dibatalkan untuk kedua kalinya, di Melbourne, Australia, Minggu (16/1). (Reuters/rmolsumsel.id)
Petenis Serbia Novak Djokovic meninggalkan Park Hotel saat berada di bawah tahanan imigrasi, untuk bertemu dengan tim hukumnya setelah visanya untuk bermain di Australia Open dibatalkan untuk kedua kalinya, di Melbourne, Australia, Minggu (16/1). (Reuters/rmolsumsel.id)

Petenis rangking 1 ATP, Novak Djokovic harus menghadapi kenyataan gagal berpartisipasi di ajang Australia Open. Hal itu disebabkan petenis asal Serbia itu segera dideportasi berdasarkan keputusan Pengadilan Federal Australia.


seperti diberitakan Reuters, pada hari Minggu (16/1), Pengadilan Federal Australia mengeluarkan putusan yang menguatkan keputusan Pemerintah untuk membatalkan visa Djokovic dengan alasan bahwa keputusan super star tenis itu tidak divaksinasi Covid-19 menimbulkan risiko bagi negara tersebut.

Keputusan bulat oleh tiga majelis hakim Pengadilan Federal tersebut merupakan putusan final yang mengecewakan Djokovic. Datang ke Australia untuk mengikuti Australia Open, Djokovic pertama kali ditahan oleh otoritas imigrasi pada 6 Januari 2022. Lalu Pengadilan memerintahkan pembebasannya pada 10 Januari dan kemudian ditahan lagi pada hari Sabtu (15/1).

Novak Djokovic mengaku sangat kecewa atas keputusan itu. Hal itu mengakibatkan dirinya tidak bisa turun di ajang Australia Open yang dimulai pada Senin (17/1) dan mempertahankan gelar.

“Saya menghormati putusan Pengadilan dan saya akan bekerja sama dengan otoritas terkait mengenai kepergian saya dari negara ini,” katanya Minggu (16/1).

Djokovic mengajukan banding ke Pengadilan Federal atas penggunaan kewenangan diskresi Menteri Imigrasi Australia, Alex Hawke yang membatalkan visanya dengan alasan bahwa dia merupakan ancaman bagi ketertiban umum karena kehadirannya akan mendorong sentimen anti-vaksinasi di tengah wabah virus terburuk di Australia.

Ketua Majelis Hakim Pengadilan Federal Australia, James Allsop mengatakan, putusan Pengadilan Federal didasarkan pada keabsahan dan legalitas keputusan menteri dalam konteks tiga alasan banding yang diajukan tim Djokovic.

“Bukan bagian dari fungsi pengadilan untuk memutuskan manfaat atau kebijaksanaan dari keputusan itu,” terang Allsop, seraya menambahkan bahwa keputusan itu bulat di antara tiga hakim.

“Alasan penuh di balik keputusan itu akan dirilis dalam beberapa hari mendatang,” imbuhnya.

Berita mengenai visa Djokovic mendominasi berita utama secara global kurang lebih sepekan terakhir. Pembatalan visa Djokovic ini memicu perdebatan sengit tentang hak-hak mereka yang memilih untuk tetap tidak divaksinasi dengan langkah-langkah Pemerintah untuk melindungi rakyat mereka dari pandemi.

Djokovic mendapat visa untuk memasuki Australia meski terkonfirmasi Covid-19 pada 16 Desember 2021. Namun pada 30 Desember, dirinya sudah tidak demam maupun mengalami masalah pernapasan terkait Covid-19 dalam 72 jam. Hal itu membuatnya mendapatkan pengecualian medis dari persyaratan vaksinasi Australia untuk bermain di Australia Open.

Namun pengecualian medis itu memicu kemarahan yang meluas di Australia, di mana telah mengalami beberapa penguncian (lockdown) Covid-19 terberat di dunia dan sudah lebih dari 90 persen orang dewasa divaksinasi.