Tahu Akal Bulus Australia, Timor Leste Tidak akan Lepas Greater Sunrise

Peta Ladang minyak raksasa di Laut Timor, Greater Sunrise yang lokasinya jauh lebih dekat dengan Timor Leste Dibandingkan Australia/Net
Peta Ladang minyak raksasa di Laut Timor, Greater Sunrise yang lokasinya jauh lebih dekat dengan Timor Leste Dibandingkan Australia/Net

Ladang minyak raksasa di Laut Timor atau biasa disebut Greater Sunrise terus menjadi pemantik ketegangan maritim antara Timor Leste dan Australia.


Penetapan batas laut yang sah dan pengelolaan penuh atas Greater Sunrise akan terus diperjuangkan oleh Timor Leste, negara kecil yang memisahkan diri dari Indonesia pada 1999.

Mantan Presiden Timor Leste, sekaligus pejuang separatis negara itu, Xanana Gusmao, tak akan pernah membiarkan Australia terus menguasai Greater Sunrise.

"Sekarang kami harus bekerja keras untuk membawa saluran pipa ke sini, dan selama saya masih hidup, saya tidak akan melepaskannya ke Australia," tegasnya, seperti dimuat The Oekusi Post pada Sabtu (4/3).

Xanana menambahkan, bahwa sejak masa perlawanan ia telah mengetahui keserakahan Australia akan minyak dan gas di Laut Timor.

Ia merujuk pada kesepakatan kerjasama yang Australia dan Indonesia tandatangani pada Desember 1989 untuk mengeksploitasi sumber daya di Celah Timor.

"Australia mengeksploitasi sumber daya mineral lepas pantai Timor-Leste secara ilegal dengan secara sepihak mengakui integrasi 'de facto' wilayah (orang Timor) ke dalam Indonesia," jelasnya.

Timor-Leste memiliki 56,56 persen saham di Greater Sunrise yang berlokasi di 150 kilometer dari Timor-Leste dan 450 kilometer dari kota Darwin, Australia.

Sementara perusahaan minyak Australia Woodside memiliki 33,44 persen dan Osaka Gas Jepang memegang 10 persen sisanya.

Diskusi pemanfaatan sumber daya Greater Sunrise, yang diperkirakan bernilai 50 miliar dolar AS atau Rp 764,8 triliun itu dihidupkan kembali setelah sengketa perbatasan laut antara Timor-Leste dan Australia diselesaikan dengan sebuah perjanjian pada 2018.

Menurut Timor Leste, kontrak bagi hasil yang ditetapkan oleh perjanjian itu masih harus diselesaikan.

Perusahaan milik negara yang ditugasi mengembangkan sumber daya minyak dan gas Timor-Leste, Timor Gap, mengatakan Timor-Leste berhak atas setidaknya 70 persen dari royalti Greater Sunrise.

Presiden Timor Leste saat ini, Jose Ramos-Horta mengatakan bahwa negaranya bisa menjadi Dubai atau Singapura berikutnya jika raksasa sumber daya Australia Woodside setuju untuk menyalurkan gasnya untuk diproses.

Politisi Timor-Leste baru-baru ini juga mengeraskan pendirian mereka tentang di mana gas Greater Sunrise harus diproses, dengan mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara akan berkembang pesat dengan proyek gas sebesar itu.

Sejalan dengan itu, Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memperingatkan, bahwa Timor-Leste berpotensi menghadapi “jurang fiskal” jika Greater Sunrise tidak segera dikembangkan.

Sementara itu, Australia masih belum merubah pendiriannya untuk melepas pengelolaan Greater Sunrise ke Timor Leste.