Wabah virus corona (Covid-19) yang berasal dari Kota Wuhan, China, menjadi satu ketakutan yang tengah dialami penduduk dunia saat ini. Bagaimana tidak, angka kematian orang yang terinfeksi virus ini sudah mencapai 2.006 orang pada Kamis kemarin (20/2).
- Ditinggal Sholat, Pria Asal Pangkal Pinang Kehilangan Tas Berisi Dua Handphone di Masjid Palembang
- Diduga Terjatuh Saat Mandi, Nenek 74 Tahun Tewas Mengambang
- Baterai Tower dan AC Milik XL Dicuri, Polisi: Kita Tindak Lanjuti...
Baca Juga
Angka tersebut didapat dari 26 negara yang warganya telah terjangkit jenis virus saluran pernapasan ini. Begitulah pemaparan aktivis senior Syahganda Nainggolan, dalam sebuah diskusi bertajuk "Wabah Corona, Apa dan Bagaimana?" di bilangan Jakarta Selatan, Kamis kemarin (20/2).
Dalam kesempatan itu, Syahganda Nainggolan mengatakan, tingkat ketakutan masyarakat dunia terhadap virus corona bisa dilihat dari poling lembaga survei ternama Inggris, YuGov. "YuGov baru merilis hasil survei dari 27 ribu koresponden di 23 negara. Dia (melaksanakan survei) sampai tanggal 11 Januari, boleh dilihat di Jakarta Post (terbitan) tanggal 12 Februari," ucap Direktur Sabang-Merauke Institute ini.
Dalam survei itu, Syahganda Nainggolan menyebutkan sejumlah negara yang paling cemas menghadapi virus corona. Dimana, negara Indonesia menjadi negara tercemas kedua setelah China. "Pertama adalah China, nomor dua adalah Indonesia, ketiga Thailand, lalu Malaysia, Singapura, dan nanti nomor 10-nya baru Australia dan setelah itu Inggris," beber Syahganda Nainggolan.
"Kita itu paling cemas kalau di ASEAN. Jadi enggak sesuai kalau kita mau bandingkan antara apa yang diberitakan, seolah ini tidak ada apa-apa, masyarakat tenang," sambungnya.
Melalui hasil poling itu, Syahganda Nainggolan berharap kepada pemerintah untuk lebih terbuka mengenai penanganan kasus virus corona ini. Sebab, masyarakat membutukan transparansi informasi dan juga sosilisasi yang massif, guna mencegah wabah ini menyebar di tanah air.
"Kalau pemerintah jujur saja enggak ada masalah sebenarnya. Karena misalkan di Malaysia di Singapura, mereka membuka saja. Di Serawak (Malaysia), mereka membuka suspectnya berapa dan lain sebagainya," ucap Doktor Ilmu Sosial Universitas Indonesia ini.
"Kalau kita semua kan suspect. Ketemu kasus ini suspect, ketemu ini suspect. Kita enggak mau (terbuka)," pungkas Syahganda Nainggolan menambhakna.
- Taliban Minta PNS Perempuan Cari Kerabat Laki-Laki untuk Pengganti
- Hingga Sore, Ribuan Mahasiswa Masih Berkumpul di Kawasan Patung Kuda
- Rumah Pondok Ludes Dilalap Si Jago Merah, Satu Korban Tewas Terbakar