Sumber Air Surut, PDAM Lubuklinggau Terancam Tidak Operasi

Sumber air di daerah Kupang surut akibat dampak musim kemarau/ist
Sumber air di daerah Kupang surut akibat dampak musim kemarau/ist

Kemarau saat ini cukup berdampak terhadap kondisi debit air sungai di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan yang alami penyusutan.


Dampak tersebut juga menyebabkan sumber air baku PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau juga berkurang. Seperti sumber air dari Sungai Kelingi, Kesie dam Apor.

"Kemarau sekarang ini yang pasti nyusut, surut, berkurang volumenya," kata Direktur PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau Hadi Purwanto, Kamis (5/10). 

Dijelaskannya, kondisi sumber air di tiga lokasi tersebut saat ini alami pendangkalan. Dan dikhawatirkan bila kemarau berkepanjangan mengakibatkan sumber air berada di titik dasar.

"Kalau memang kemarau ini panjang bisa terancam tidak bisa beroperasi. Karena sudah tidak menyedot lagi. Tapi kita berdoa tidak sampai kesitu," ujarnya

Kata Hadi Purwanto, meski saat ini sumber air baku alami penyusutan, namun kondisinya masih stabil dan setiap minggu pihaknya terus memonitor kondisi di lapangan.

"Kalau selagi tidak ada hujan, dia pasti surut terus. Tapi alhamdulillah masih bisa kita bagi-bagi, untuk sekarang kan keluhan sedikit," bebernya.

Perhari dalam produksi sambung Hadi, bila di hari biasa 250 liter perdetik. Dan kondisi itu berkurang sejak masuk di musim kemarau.

"Kalau sekarang pasti kuranglah. Sesuai kebutuhan pelanggan kita ini seluruh kota Lubuklinggau kurang lebih 19 ribu pelanggan yang aktif dan non aktif. Dan kita sistem gilir," ungkapnya.

Kata Hadi, yang pasti di musim kemarau debir air dari sumber air baku berkurang. Dan produksi juga berkurang. Tadinya 250 liter perdetik, tinggal 150 liter perdetik. 

"Unit kita yang di daerah Kupang juga sudah kering. Sudah dilaporkan ke PU untuk koordonasi, kita lapor ke Pemerintah Kota, apa mau di optamilisasi seperti di Kesie, Kelingi. Lumpur kita angkat seperti di Kupang dikeruk. Sudah kita koordinasikan ke pemerintah kota," bebernya.

Dengan dilakukan pengerukan menurut Hadi, diharapkan lumpur dapat diangkat. Selain itu dengan dilakukan pengerukan, maka tekanan untuk menyedot air didapatkan. 

"Kalau sekarang itu pemeliharaan. Setiap hari di bersih, dikeruk, dibuatkan aliran. Jadi kondisi sekarang masih stabil dengan pemeliharaan terus," pungkasnya.