Sosok Perempuan di Pilgub Sumsel, Memberikan Angin Segar, Berpeluang Besar Ciptakan Sejarah

(kiri ke kanan) RA Anita Noeringhati, Holda dan Meli Mustika. (ist/rmolsumsel.id)
(kiri ke kanan) RA Anita Noeringhati, Holda dan Meli Mustika. (ist/rmolsumsel.id)

Kehadiran kandidat perempuan dalam perebutan tiket menuju Pilgub menghadirkan semangat baru dalam dinamika politik Sumsel. Setelah Mawardi Yahya menggandeng Ketua DPRD Sumsel Anita Noeringhati, ada pula kandidat lain yakni Holda dan Meli Mustika, yang juga menyatakan kesiapannya untuk berlaga. 


Namun, seberapa besar peluang kandidat perempuan ini di kontestasi lima tahunan tersebut?

Pengamat Politik Universitas Sriwijaya, Ferdiansyah Rivai mengatakan, dalam sejarah Pilkada Sumsel, kemunculan kandidat perempuan sangat jarang terjadi. 

Selama ini, mayoritas calon didominasi oleh laki-laki, sehingga kehadiran tiga tokoh politik perempuan yang muncul belakangan ini, Holda yang berpasangan dengan Meli Mustika, juga Anita Noeringhati yang digandeng oleh Mawardi Yahya, dianggap menjadi angin segar bagi demokrasi di Sumsel. 

"Secara teoritis munculnya kandidat perempuan di Pilgub Sumsel ini merupakan angin segar bagi demokrasi. Karena jarang sekali ada calon perempuan yang maju setelah Ibu Maphilinda yang saat itu berpasangan dengan Pak Herman Deru," ujarnya kepada Kantor Berita RMOL Sumsel.

Menurut Ferdiansyah, sentuhan perempuan dalam pemerintahan, diharapkan bisa membawa perubahan signifikan dalam dinamika politik Sumsel. 

"Tentunya kalau kandidat perempuan ini terpilih nanti, kita berharap ada kebaruan dalam memimpin daerah. Meskipun tidak bisa dipungkiri ada sosok laki-laki hebat dibalik kandidat perempuan tersebut yang mendorong mereka untuk maju," ucapnya.

Apalagi, Ferdiansyah juga melihat rekam jejak para perempuan ini cukup bersih. Terlihat dari pengalaman masing-masing yang panjang di lingkup legislatif. Holda misalnya, sudah sejak lama aktif di DPRD Sumsel lantaran tiga kali terpilih sebagai anggota dewan. 

Kini selain Ketua Komisi IV, dia juga menduduki jabatan strategis di Partai Demokrat Sumsel sebagai Bendahara partai. Selama menjabat, Holda juga dinilai cukup bersih dari kasus ataupun masalah hukum. Sedangkan pasangannya, Meli Mustika juga memiliki pengaruh kuat dalam karir politiknya. 

Meli membuktikan dirinya mampu bersaing, sebagai salah satu kader perempuan dari PDI Perjuangan yang konsisten untuk memperjuangkan hak masyarakat. Meskipun tidak bisa dilepaskan dari dukungan suaminya yang juga politisi PDIP serta mantan Bupati Ogan Ilir, Ilyas Panji Alam. 

Sementara Anita Noeringhati, saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Sumsel, juga dianggap memiliki potensi besar setelah digandeng Mawardi Yahya. Anita juga merupakan pengurus Partai Golkar Sumsel dengan menjabat sebagai Ketua Harian. 

Diantara ketiganya, Anita terbilang paling populer dan menjadi sosok di balik keberhasilan Partai Golkar Sumsel memberikan sumbangsih dua kursi DPR RI pada Pileg 2024 lalu. 

Namun, meskipun punya peluang, perlu kerja keras bagi kandidat perempuan dalam kampanye untuk memenangkan hati rakyat. Program kerja yang menyentuh masyarakat akan menjadi nilai tambah. Sebab, keterpilihan kandidat perempuan masih menjadi tantangan karena budaya patriarki yang masih melekat di beberapa daerah di Sumsel.

"Artinya mereka ini harus bisa mencuri perhatian publik dalam berkampanye, bukan hanya dengan menawarkan visi yang progresif. Kandidat perempuan juga harus menghadirkan program kerja yang khas perempuan dan tidak laki-laki minded," jelasnya.

Ferdiansyah menuturkan, saat ini seluruh kandidat masih berjuang dalam perebutan tiket menuju Pilgub Sumsel 2024. Peluang mereka untuk diusung parpol masih tetap terbuka lebar. Tergantung pendekatan yang dilakukan. 

"Baru-baru ini, Bu Holda disebut berhasil mendapat Surat Rekomendasi dari Partai Hanura. Sementara Bu Anita juga sudah mendapat restu dari Golkar. Hanya saja, seluruhnya saat ini masih cair tergantung pendekatan yang dilakukan," tandasnya.