Belakangan ini semakin banyak kaum milenial yang tertarik untuk mempelajari sejarah. Hal ini dimanfaatkan Sultan Mahmud Badaruddin IV Jayo Wikramo RM Fauwaz Diradja untuk mendekatkan sejarah mengenai SMB II yang gigih mempertahankan Palembang dari penjajahan Belanda.
- Kongo Usir Juru Bicara Misi Perdamaian PBB, Ada Apa?
- Tertangkap Kamera BKSDA, Ini Penampakan Hewan Langka Babirusa di Pulau Buru Maluku
- Peran AK Gani Membendung Pemberontakan G30S PKI Agar Tidak Berimbas ke Sumsel
Baca Juga
Momen perjuangan 200 tahun silam dikemas dalam Diskusi Milenial SMB II Festival dengan tema Milenial Kepoin Kepahlawanan SMB II Melawan Penjajah, 200 tahun diasingkannya SMB II ke Ternate, yang digelar di Kampung Kuliner Bingen, Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang, Selasa (29/6).
Tak hanya SMB IV, turut hadir di acara itu antara lain Wakil Ketua Komisi V DPRD Sumsel Mgs Syaiful Padli, budayawan Sumsel Vebri Al Lintani dan Yai Bek, Sejarawan Sumsel Kemas Ari Panji, Ersan Benyamin alias Ican, Ketua Komunitas Jeep Pariwisata Palembang (KJPP), seniman Palembang Mang Jey, dan sejumlah kaum milenial dan Youtuber Palembang.
SMB IV mengatakan, keputusan SMB II rela untuk diasingkan ke Ternate, bukan semata-mata karena kalah dari Belanda. Namun hal itu dilakukan untuk menjaga hubungan keluarga agar tidak terluka.
“SMB II rela dibuang ke Ternate dan menjalani kehidupannya dengan mensyiarkan ajaran agama Islam di sana,” kata Fauwaz.
Untuk itulah, dia berharap agar peristiwa pengasingan tersebut bisa dikenal kaum milenial agar mengetahui dan mencontoh perjuangan kepahlawanan SMB II dalam melawan penjajah.
“Dengan kegiatan seperti ini, saya berharap minat generasi milenial belajar sejarah bisa tumbuh,” ujarnya.
Sejarawan Sumsel, Dedi Irwanto melihat sosok SMB II diwarisi kebesaran pendahulunya sebagai pewaris Kesultanan Palembang.
“SMB II juga punya keinginan untuk menyamai bahkan melebihi pendahulunya. Tapi momen pendahulunya dengan SMB II agak sedikit berbeda, karena di masa SMB II Kesultanan Palembang Darussalam menghadapi cobaan atau ada usaha Hindia Belanda untuk mendirikan Hindia Raya termasuk ingin menguasai Palembang. Disinilah kebesaran SMB II, beliau sosok yang luar biasa besar dan gigih tiada tanding. Bahkan para musuhnya seperti Rafles, Mutinghe dan De Cock mengakui SMB II adalah pemimpin besar yang mampu menghimpun semua elemen masyarakat,” kata dosen sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) ini.
Ketua Komunitas Sahabat Cagar Budaya, Robby Sunata mengaku sangat mendukung agar SMB II menjadi lebih dikenal anak muda di Palembang. Untuk itulah, perlu diadakan kembali kegiatan dengan konsep yang fresh agar dapat menjangkau lebih banyak generasi muda.
“Kegiatan seperti ini sangat baik, sehingga perlu ada kegiatan seperti ini agar bisa menjangkau lebih banyak lagi,” ucapnya.
- Pemilihan Lahan Hingga Pemasaran Jadi Kendala Program Food Estate
- Pendakian Ilegal, Enam Remaja Ambil Bunga Edelweis dan Kayu Panjang Umur di Gunung Dempo
- Ukraina Gagal Pertahankan 40 Persen Wilayah Pendudukan Kursk