Kali ini PDI Perjuangan mendapat pukulan sangat telak. Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mulyadi-Ali Mukhdin mengembalikan surat rekomendasi partai politik berlambang banteng tersebut.
- Cabuli Santri, Pengajar Ponpes di OKI Divonis 13 Tahun Penjara
- Ponpes Tadabur Alquran Sebut Santri yang Terbakar Saat Tidur Gara-gara Obat Nyamuk
- Lagi Terlelap Tidur, Seorang Santri Ponpes di Palembang Dibakar
Baca Juga
Demikian dikatakan Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, di mana ia menilai fenomena yang muncul setelah Ketua DPP PDIP Bidang Politik DPP PDIP, Puan Maharani mengharapkan Sumbar menjadi Provinsi yang mendukung Negara Pancasila.
"Secara politik itu pukulan telak bagi PDIP, bahwa tidak semua orang menjadikan rekomendasi partai itu segala-galanya," ujar Adi saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (5/9/2020).
Jika dikaji secara komunikasi, pernyataan Puan jelas-jelas menyinggung harkat dan martabat warga Sumbar, khususnya orang Minang.
"Kalau saya melihat itu (dikembalikannya surat rekomendasi) sebagai bentuk protes sekaligus ketersinggungan politik terhadap pernyataan Puan ya. Karena harga diri bagi seorang Sumbar Minang itu melampaui di atas segala-galanya, bahkan melampaui urusan politik," terangnya.
Jika mau jujur, lanjut Dosen Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah UIN Jakarta ini, rekomendasi partai itu penting bagi Mulyadi-Ali Mukhdin untuk maju di Pilkada.
Meski demikian, karena pernyataan Puan yang melukai dan menyakiti hati orang Minang maka rekomendasi itu dikembalikan.
"Tentu saja ketersinggungan bentuk kemarahan dari statement Mba Puan yang provokatif itu. Artinya politik bagi orang Sumbar nomor dua. Yang lebih utama bagi mereka adalah harga diri," demikian Adi Prayitno.[ida]
- Cabuli Santri, Pengajar Ponpes di OKI Divonis 13 Tahun Penjara
- Ponpes Tadabur Alquran Sebut Santri yang Terbakar Saat Tidur Gara-gara Obat Nyamuk
- Lagi Terlelap Tidur, Seorang Santri Ponpes di Palembang Dibakar