Sepakat Soal Energi Terbarukan, Cik Ujang Ingin Setop Batu Bara di Indonesia

Cawagub Sumsel Nomor Urut 1, Cik Ujang saat Debat Kedua Pilkada Sumsel. (handout/rmolsumsel.id)
Cawagub Sumsel Nomor Urut 1, Cik Ujang saat Debat Kedua Pilkada Sumsel. (handout/rmolsumsel.id)

Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Sumsel Nomor Urut 1, Cik Ujang berkomitmen mengembangkan energi terbarukan di Sumsel. Bahkan, politisi Partai Demokrat tersebut ingin menyetop penggunaan energi fosil berupa batu bara dan menggantikannya dengan sumber energi yang lebih bersih. 


"Peralihan energi ini harus dijalankan sesuai dengan visi misi Presiden kita untuk mengurangi emisi di seluruh Republik (Indonesia,red). Energi dari fosil ini harus dikurangi, supaya Republik ini lebih baik," kata Cik Ujang saat mendapat pertanyaan dari Cawagub Sumsel Nomor Urut 2 , Riezky Aprilia mengenai konsep energi terbarukan dalam Debat Kedua Pilgub Sumsel yang digelar di Hotel Novotel Palembang, Minggu (10/11/2024). 

Dia mengatakan, efek rumah kaca yang timbul dari aktivitas PLTU batu bara serta banyaknya pabrik menimbulkan dampak perubahan suhu di Sumsel yang semakin panas. Menurutnya, Kabupaten Lahat yang dipimpinnya telah memulai penggunaan energi bersih melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTMH) yang berada di Kota Agung, Lahat. 

"Kabupaten Lahat sudah memulai itu sejak lama. Bahkan, listrik yang mengaliri Kota Pagar Alam 100 persen berasal dari PLTMH," ucapnya. 

Menurutnya, penggunaan energi terbarukan harus terus didorong. Salah satunya mendorong kesadaran masyarakat dengan kampanye kesadaran energi terbarukan. 

"Kolaborasi dalam sektor melalui kemitraan publik membangun proyek, mendengarkan masukan masyarakat mengenai kebijakan yang diambil sesuai dengan kebutuhan mereka," tuturnya. 

Cik Ujang mengatakan, industri batu bara juga telah memberikan dampak buruk terhadap lingkungan di wilayah yang pernah dipimpinnya. Masyarakat Lahat kerap mengeluhkan debu  dari kendaraan angkutan batu bara. 

"Debu ini memang sangat mengganggu. Namun, kami langsung tanggap dengan menyediakan mobil penyedot debu. Kami juga mendorong perusahaan untuk melakukan penyiraman di jalan untuk mengurangi debu. Selain itu, mereka juga kami minta merekrut tenaga kerja lokal yang ada di desa agar dipekerjakan untuk menyapu jalan," tandasnya.