Seni Dikir, Warisan Budaya Empat Lawang yang Menggabungkan Musik, Silat, Tari dan Syair-Syair Islam

Festival Seni Dikir yang digelar di Kecamatan Tebing Tinggi. (ist/rmolsumsel.id)
Festival Seni Dikir yang digelar di Kecamatan Tebing Tinggi. (ist/rmolsumsel.id)

Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, sebuah seni pertunjukan tradisional bernama Seni Dikir, khas Kabupaten Empat Lawang masih terus dilestarikan. 


Seni Dikir bukan sekadar pertunjukan, melainkan sebuah simfoni yang menggabungkan musik, tari, dan silat, dengan lirik yang sarat akan nilai-nilai Islam.

Dua varian Seni Dikir, ngarak dan non-ngarak, masing-masing menawarkan pengalaman yang unik. Ngarak, dengan gerakan silat yang energik, biasanya menghiasi ruang terbuka, sementara non-ngarak lebih sering memenuhi panggung dalam ruangan dengan tarian yang memikat.

Karakteristik khas Seni Dikir Empat Lawang terletak pada penggunaan bahasa dan dialek lokal, serta iringan alat musik terbangan yang dimainkan oleh delapan pemusik, dikenal sebagai terbang. Delapan pesilat atau penari, yang disebut dikir, melengkapi orkestra ini.

Seni Dikir tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga pembawa pesan keagamaan, kebersamaan, dan kearifan lokal. Ini adalah warisan budaya yang berharga, yang menambah kekayaan wisata budaya di Empat Lawang, daerah yang juga dikenal dengan keindahan alamnya.

Festival Seni Dikir, yang diadakan di Tingkat Kecamatan Tebing Tinggi, merupakan salah satu upaya pelestarian budaya ini. 

Kepala Disdikbud Empat Lawang, Jon Heri mengatakan, festival ini juga menjadi wadah untuk menambah wawasan tentang syair-syair Islam yang dilantunkan dalam Seni Dikir. 

"Festival ini merupakan upaya pelestarian yang dilakukan pemerintah," kata Jon. 

Bagi mereka yang tertarik untuk belajar Seni Dikir, ada beberapa aspek yang perlu dikuasai, mulai dari memainkan terbangan, menari atau bersilat mengikuti irama, hingga menyanyikan syair-syair Islam yang menggunakan bahasa dan dialek Empat Lawang.

Seni Dikir Empat Lawang adalah bukti bahwa tradisi dapat bertahan dan berkembang seiring waktu, menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara nilai-nilai tradisional dan generasi muda yang akan membawa warisan ini terus hidup dan bernyanyi.