Sambut Musim Panen, Petani di Muara Enim Keluhkan Melambungnya Harga Pupuk

Petani di Muara Enim melakukan panen padi di sawah tadah hujan/Foto:Noviansyah
Petani di Muara Enim melakukan panen padi di sawah tadah hujan/Foto:Noviansyah

Bulan ramadan tahun ini terasa berbeda bagi masyarakat Desa Kepur Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, pasalnya bersamaan dengan datangnya bulan suci, peta di desa Kepur memasuki musim panen padi di sawah tadah hujan yang mereka kelola.


Dari pantauan RMOLSumsel di lapangan, masyarakat berbondong-bondong pergi ke sawah di pagi hari, mereka terlihat begitu gembira dan semangat meski telah memasuki awal puasa ramadan.

Dibalik kegembiraan itu, mereka tidak bisa menutup-nutupi kekecewaan terhadap harga pupuk yang tinggi serta sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Ada ratusan hektar sawah tadah hujan  yang membentang di kawasan Sawah Padang, diketahui padi yang ditanam masyarakat di areal ini tanaman Padi jenis R4 dengan lama panen sekitar 3 bulan.

Menurut Heriadi, salah satu petani yang mengelola sawah itu mengatakan panen tahun ini bisa dikatakan cukup bagus, meskipun begitu lanjut dia, mengolah pesawahan tadah hujan ini tentu memiliki tantangan tersendiri.

Ratusan hektar swah ini masih menggunakan pola tanam, satu kali setahun. harapannya pemerintah bisa mendorong atau memberikan bantuan untuk meningkatkan produktifitas lahan.

"Menyikapi permasalahn air di areal ini, dulu pernah dilakukan pompanisasi namun biaya operasional sangat tinggi, oleh itu diharapkan pemerintah bisa mencarikan solusi atas permasalahan ini," katanya, Senin (4/4/2022).

Lebih lanjut Heriadi mengatakan mahalnya harga pupuk menjadi tantangan berat baginya, karena hal tersebut mempengaruhi tingkat produktifitas petani dan sawahnya.

"Karena harga pupuk yang tinggi, banyak petani yang bermalas-malasan karena menilai harga pupuk sudah tidak sebanding lagi dengan hasil panen. sementara keberadaan pupuk subsidi itu langka, hanya terdengar namanya saja," jelasnya.

Dikatakan Heriadi, para petani saat ini, memupuk tanaman padi hanya dengan sewajarnya saja dan seadanya, yang penting mereka tetap bertani meskipun pemupukan minim. "Selebihnya beberapa petani, memilih untuk tidak bercocok tanam," tukasnya.

Sementara petani lainnya, Hartati mengatakan, kendala yang dialami saat ini adalah harga pupuk yang melambung, pupuk MPK haganya berkisar Rp500 ribu. kadang hal ini tidak sebanding dengan pendapatan atau hasil panen.

Dari areal sawah miliknya lanjut, Hartati, tahun ini diperkiraakan bisa dapat 40 karung, nantinya hasil panen digunakan untuk makan sehari-hari.

"Kami harap harga pupuk ini bisa stabil dan sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat," pungkasnya.