Rusia berusaha menjauhkan mata uang dolar dan euro dalam hubungan komersial, ekonomi, dan investasi dengan mitra luar negerinya untuk melawan tekanan geopolitik barat yang berkembang melalui mata uangnya.
- Banjir Meluas ke Kazakhstan, Rusia Evakuasi Lebih dari 100.000 Warga
- Penyidik Rusia Tuding Ukraina Terlibat dalam Serangan yang Tewaskan 145 Orang di Gedung Konser Bulan Lalu
- Moskow Diserang Teroris, 40 Orang Dikabarkan Tewas
Baca Juga
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Pankin mengatakan untuk mencapai hubungan yang stabil dengan mitra Rusia, maka perlu ntuk menghindari penggunaan mata uang barat yakni dolar AS dan euro kemudian beralih ke mata uang nasional.
Pankin menekankan sistem keuangan global yang dibangun oleh Washington saat ini telah terbukti tidak sesuai dengan kondisi tatanan dunia yang multipolar dan pada dasarnya telah dijadikan instrumen untuk mencapai tujuan politik satu kelompok negara tertentu.
"Sangat jelas bahwa dalam kondisi saat ini Barat bermaksud untuk terus menyalahgunakan posisi istimewanya. Khususnya saat mereka menjatuhkan sanksi tidak sah pada Rusia, sehingga kami berpikir untuk melakukan dedolarisasi untuk mempertahankan kedaulatan kami," tegasnya.
Wamenlu Rusia menjelaskan mekanisme transaksi dalam mata uang nasional telah berhasil dibuat dengan sejumlah negara, dan pembayaran menggunakan rubel pada ekspor energi dan produk makanan, telah disiapkan.
BRICS, SCO, dan platform internasional lainnya juga akan mendukung wacana multilateral ini.
- Rupiah Tembus di Atas Rp16 Ribu per Dolar AS, Intervensi BI Dibutuhkan
- Banjir Meluas ke Kazakhstan, Rusia Evakuasi Lebih dari 100.000 Warga
- Penyidik Rusia Tuding Ukraina Terlibat dalam Serangan yang Tewaskan 145 Orang di Gedung Konser Bulan Lalu