Petani kelapa sawit di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) tengah menghadapi situasi yang semakin sulit. Penurunan harga tandan buah segar (TBS) dan meningkatnya biaya produksi menjadi tantangan utama mereka.
- Bupati OKI Salurkan Bantuan Pupuk ke 415 Petani Sawit
- Golkar Soroti Nasib Petani Sawit di Sumsel
- Pungutan Ekspor CPO Ditiadakan, Harga TBS Sawit Berangsur Membaik
Baca Juga
Wakil Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumsel, M. Yunus, menjelaskan bahwa kondisi cuaca ekstrem turut memperburuk keadaan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan beberapa kebun sawit di daerah rendah terendam banjir, sehingga produksi menurun drastis.
“Banyak buah sawit yang tidak bisa dipanen. Kalaupun bisa, biaya pemanenannya jauh lebih besar,” ungkap Yunus pada Jumat (23/5/2025).
Selain itu, para petani juga dihadapkan pada tingginya biaya operasional, seperti perawatan kebun dan pembelian pupuk. Yunus menambahkan bahwa harga pupuk kini mencapai Rp7.000 hingga Rp10.000 per kilogram, jauh lebih mahal dibandingkan yang didapatkan oleh perusahaan besar yang memiliki akses langsung ke distributor.
Petani semakin tertekan dengan kebijakan kenaikan tarif pungutan ekspor (PE) minyak sawit menjadi 10%. Dampak kebijakan tersebut sudah dirasakan dalam penetapan harga TBS di Sumsel. Harga TBS yang sebelumnya berada di angka Rp3.526 per kilogram pada periode awal Mei 2025, turun menjadi Rp3.374 per kilogram pada periode berikutnya.
“Kenaikan pungutan ekspor ini memberikan pukulan berat, terutama kepada petani. Berbeda dengan perusahaan besar yang masih memiliki keuntungan dari proses hilir seperti produksi CPO,” jelas Yunus.
Yunus mendesak pemerintah untuk meninjau ulang kebijakan tersebut. Ia berharap pemerintah tidak menggunakan langkah cepat seperti menaikkan pungutan ekspor untuk mengatasi defisit anggaran. Menurutnya, kebijakan ini sangat berdampak pada sektor hulu industri kelapa sawit yang melibatkan banyak petani.
“Kami berharap pemerintah lebih mempertimbangkan dampak yang dirasakan oleh para petani, karena mereka adalah ujung tombak industri sawit di negeri ini,” tegasnya.
- Musim Kemarau, Baru Tiga Wilayah di Sumsel Ajukan Status Siaga Bencana Karhutla
- Menteri LH Ancam Pengusaha Sawit di Sumsel, Tak Segan Beri Sanksi Jika Terjadi Karhutla
- Diduga Lecehkan Siswi, Ratusan Pelajar SMKN 1 Lubuklinggau Demo Tuntut Pemecatan Guru Cabul