Pilgub 2024 Buat Sejarah, Kandidat Perempuan Berpotensi Jadi Gubernur Sumsel

(kiri ke kanan) Politisi Demokrat, Holda, Politisi Golkar Anita Noeringhati, Politisi Gerindra  Kartika Sandra Desi dan Politisi PDI Perjuangan Meli Mustika.
(kiri ke kanan) Politisi Demokrat, Holda, Politisi Golkar Anita Noeringhati, Politisi Gerindra Kartika Sandra Desi dan Politisi PDI Perjuangan Meli Mustika.

Kandidat perempuan diprediksi berpeluang menembus dominasi laki-laki dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumsel 2024.


Potensi ini akan menjadi nyata apabila kandidat tersebut mampu menawarkan gagasan konkrit yang menjawab kebutuhan masyarakat, disamping strategi yang tepat dalam kampanye.

Demikian diungkapkan Akademisi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsri, Ferdiansyah Rivai saat dibincangi awak media, Jumat (26/4). 

Ferdiansyah mengatakan, secara konstitusi, keterwakilan perempuan dalam kontestasi politik sudah menjadi amanah undang-undang. Namun pada praktiknya, keterwakilan perempuan sebesar 30 persen tersebut tidak pernah terwujud. 

Terutama saat melihat hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) beberapa waktu lalu. "Sehingga calon kepala daerah yang berasal dari kaum perempuan harus didukung pada Pilkada Serentak mendatang," kata Ferdiansyah.

Diantara tantangan yang harus dihadapi dalam kontestasi Pilkada Serentak mendatang, adalah budaya patriarki yang dimiliki masyarakat Sumsel. 

Hanya saja, tantangan tersebut bisa diatasi dengan berbagai program atau gagasan kandidat perempuan yang menyentuh langsung masyarakat. 

Hal ini terungkap dari riset yang dilakukannya pada 2019 lalu, kegagalan perempuan dalam kancah politik disebabkan program kerja yang diusung cenderung androgini. Artinya memiliki pembagian yang sama antara karakter maskulin dan feminin. 

"Programnya umum. Sama seperti laki-laki. Tidak ada kepentingan perempuan yang ditonjolkan. Padahal, kekuatan mereka ada di situ karena mewakili kaumnya," ujar Ferdiansyah. 

Sehingga, kata Ferdiansyah, untuk memenangkan Pilgub Sumsel, kandidat perempuan harus memiliki gagasan atau terobosan yang menonjol dan juga mewakili kebutuhan ataupun kepentingan perempuan itu sendiri.

"Harus ada terobosan yang mengutamakan kepentingan perempuan. Poinnya harus jadi pembeda," ucapnya. 

Menurut Ferdiansyah, berdasarkan pengamatannya terhadap pemimpin perempuan, kelebihan dari kepemimpinan perempuan yakni mereka paling mengerti hal-hal bersifat basic atau mikro. 

"Kalau pemimpin perempuan itu punya sesuatu yang unik, mereka lebih teliti dengan persoalan basic atau mendasar," bebernya. 

Dia mencontohkan saat dunia dilanda pandemi beberapa waktu lalu. Dari 10 negara yang paling baik penanganan pandemi, mayoritas merupakan negara yang dipimpin perempuan. Seperti Jerman yang dipimpin kanselir Angela Merkel. Lalu New Zealand yang dipimpin Jacinda Ardern. 

Mereka terbukti lebih tenang dalam menghadapi bencana yang menyerang negara mereka. "Pemimpin perempuan terbukti tidak panik dan bisa berpikir scientific. Solusi yang diberikan mereka lebih ke hal yang mendasar. Pendekatan mereka berhasil menenangkan warganya, meyakinkan pangan warga dijamin dan tidak perlu keluar rumah. Sementara, di beberapa negara yang dipimpin laki-laki cenderung menggunakan kekuatan militer dan menghukum warga mereka jika keluar rumah," bebernya. 

Kandidat perempuan, kata Ferdiansyah, dihadapkan dengan realita politik yang ada saat ini. Seperti lobi politik untuk menggaet partai pendukung, kemudian cost politik yang besar. 

"Tinggal bagaimana kandidat perempuan yang ada saat ini melakukan pemetaan politik secara benar dan terperinci. Sehingga hasil yang didapat juga baik," terangnya. 

Dukungan terhadap kandidat perempuan untuk maju pada Pilgub Sumsel sebelumnya juga telah disuarakan Ketua DPD Partai Gerindra Sumsel, Kartika Sandra Desi. 

Wanita yang akrab disapa Cici ini mengatakan, di masa Pilkada saat ini, perempuan didorong untuk ikut serta berpartisipasi menjadi kontestan.

"Hebat-hebat wanita sekarang, berpolitik dan di semua bidang, malah lebih hebat dari laki-laki dan itu membuat saya bangga, Ketua DPRD Sumsel kita perempuan dan lain-lain dan Insya Allah ke depan siapa tahu kita punya gubernur perempuan," kata Cici (sapaan akrabnya,red), Minggu (21/4).

Menurut Cici, untuk berkarir dalam dunia politik, perempuan diharapkan dapat menunjukkan prestasinya. Dia sendiri mengalami hal itu. 

"Saya tidak merencanakan (karir politik) akan seperti ini, karena kepemimpinan di partai politik ini berjalan seiring waktu, artinya kita berkerja kita mendapatkan hasil. Jika wanita berprestasi dia akan dihargai  dengan prestasinya, laki-laki  berprestasi  dia akan dihargai dengan prestasinya, artinya semua memiliki kesempatan yang sama," ucapnya. 

Proses pendaftaran Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Sumsel periode 2024-2029 saat ini sudah mulai dibuka oleh sejumlah pengurus partai politik. Sejauh ini, baru dua tokoh perempuan yang melakukan pendaftaran menjadi Calon Gubernur Sumsel. Yakni Politisi Demokrat, Holda dan Politisi PDI Perjuangan Meli Mustika. Sementara tokoh lainnya yang juga berpeluang diusung yakni Ketua DPRD Sumsel yang juga Politisi Golkar, Anita Noeringhati dan Ketua DPD Gerindra Sumsel, Kartika Sandra Desi.