Penghuni Lapas Anak di Palembang Bakal Diajari Bahasa Asing

Kepala Dinas Pendidikan kota Palembang, Ahmad Zulinto. (alwi alim/rmolsumsel.id)
Kepala Dinas Pendidikan kota Palembang, Ahmad Zulinto. (alwi alim/rmolsumsel.id)

Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang terus mengembangkan inovasi Sekolah Filial (Selfi) di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Palembang. Salah satunya yakni mengajari narapidana (Napi) anak untuk dapat berbahasa asing.


Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palembang, Ahmad Zulinto menjelaskan, inovasi ini merupakan pengembangan dari Sekolah Filial untuk bersaing dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP). Program tersebut bekerjasama dengan Edu Brand untuk mengajari napi anak berbahasa asing seperti Bahasa Inggris, Jepang dan lain sebaginya.

“Mereka nantinya akan dididik selama tiga bulan. Bekal skill bahasa asing ini tentunya membuat peluang mereka mendapatkan pekerjaan lebih besar,” kata Zulinto saat ditemui di Pemkot Palembang, Jumat (2/7).

Napi anak juga akan diberikan pembinaan terkait vokasi seperti praktik mesin. Sehingga ini nantinya menjadi keterampilan bagi anak, dan menjadi bekal untuk mereka bekerja ataupun membuka usaha setelah keluar dari LPKA.

“Prasarana di sekolah filial sudah lengkap. Mulai dari komputer, tempat praktik mesin dan lain sebagainya. Bahkan, lebih dari SMA,” terangnya.

Sejauh ini, dia menambahkan, total napi anak yang dibina di Sekolah Filial ini sebanyak 124 orang. Dimana, sebelumnya mencapai 191 orang. Dia mengaku semula, dari 191 anak yang dibina ini sempat mengalami pengurangan yakni menjadi 80 anak yang dibina. Namun, saat ini pihaknya menarik setiap napi anak dari daerah untuk dibina di sekolah filial ini.

Sekolah filial ini juga menjadi percontohan nasional. Karena itu, kini terpilih kembali dalam KIPP dengan peringkat TOP 15. “Kami harap dengan pengembangan ini mampu mendapatkan peringkat lebih tinggi lagi kedepan,” ucapnya. 

Sementara itu, Wali Kota Palembang, Harnojoyo menambahkan pihaknya tentunya bersyukur dengan adanya sekolah filial ini sehingga anak-anak yang bermasalah dengan hukum dapat menjadi pribadi yang baik. Tercatat dari tahun 2014 ada sekitar ratusan anak yang dibina di sekolah  ini. Tujuh diantaranya bekerja di luar negeri. Kemudian, satu orang menjadi pengusaha sekaligus ustad yang sukses. Lalu, dua orang diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dengan kesuksesan ini maka banyak negara luar yang berkunjung untuk melihat sekolah filial bagi anak yang bermasalah hukum tersebut. Diantaranya, dari Perancis, Jepang dan lain sebagainya. 

“Kedepan ini tentunya akan ditingkatkan kembali sehingga diharapkan mampu mendapatkan reward bagi Pemkot Palembang,” tutupnya.