Strategi marketing politik yang diusung kandidat calon Gubernur Sumsel yang muncul saat ini dinilai mengalami kemunduran. Mereka dianggap kurang kreatif dalam menyusun strategi mengenalkan diri ke masyarakat.
- Pengamat Sebut Demokrasi di Empat Lawang Masih Hidup, PSU Memberi Kesempatan Rakyat Pilih Bupati Baru
- Elektabilitas Survei Tinggi, Herman Deru Keok di Debat Perdana
- Waspada Terbuai Janji Manis Calon Kepala Daerah, Pengamat: Masyarakat Harus Lebih Kritis dalam Memilih Pemimpin
Baca Juga
"Saya menganggap mereka ini marketing komunikasinya 1.0. Masih menggunakan pola identitas. Jadi mengedepankan pola siapa saya, tokoh darimana. Itu yang ditonjolkan," kata Direktur Eksekutif Lintas Politika Indonesia, Kemas Khoirul Mukhlis saat menjadi narasumber diskusi Talk Sriwijaya Community dengan Tema "Jelang Pilkada, Fenomena Politik dan Gagasan Urgen di Sumsel" di The Zuri Hotel Transmart, Sabtu (27/4).
Hal itu, kata Mukhlis, dapat dilihat dari gerakan sejumlah kandidat. Seperti Tim Mawardi Yahya-Harnojoyo yang membesuk mantan Gubernur Sumsel, Alex Noerdin beberapa waktu lalu. Lalu, deklarasi dukungan dari tokoh-tokoh lintas suku dan agama.
"Hari ini dukung calon ini, besoknya tokoh satu suku yang lain dukung calon satunya. Kemudian berkunjung ke tokoh seperti Pak Alex, besoknya calon lain ikut berkunjung. Mereka masih menggunakan identitas kelompok. Kami melihat ketidakkreatifan tim politiknya," katanya.
Padahal, sambung Mukhlis, yang paling penting bagi calon pemimpin dalam mengenalkan sosok dirinya adalah gagasan serta value yang dimilikinya. Ketika gagasan tersebut tidak ada, maka politik uang masih terjadi.
"Kami tidak melihat gagasan nyata yang menonjol dari para kandidat saat ini. Kalau seperti ini ya, masyarakat pasti bingung memilih calon pemimpin. Ujung-ujungnya mereka akan melihat harganya berapa," ucapnya.
Menurut Mukhlis, saat ini masyarakat memerlukan gagasan yang menyentuh langsung terhadap kelangsungan kehidupan mereka. Dia memberikan contoh makan siang dan susu gratis yang diusung oleh Prabowo Subianto.
"Gagasan ini menyentuh langsung ke masyarakat, khususnya ibu-ibu dan pemilih pemula. Hingga mereka berhasil memenangkan Pilpres. Jadi tidak perlu terlalu besar, tetapi mengena dan menjadi solusi bagi masyarakat. Bahkah berhasil menjadi peraih suara terbanyak di Sumsel saat itu," terangnya.
Dia juga mencontohkan bagaimana gagasan yang baik dapat memenangkan hati masyarakat untuk memilih. Seperti yang dilakukan mantan Gubernur Alex Noerdin dengan program sekolah dan berobat gratisnya.
"Banyak masyarakat yang menyukainya dan betul-betul merasakannya. Value-nya di masyarakat juga meningkat. Sehingga, ketika dia berlaga di Pileg, dia bisa menang walaupun tidak menggunakan uang," tandasnya.
- Pengamat Sebut Demokrasi di Empat Lawang Masih Hidup, PSU Memberi Kesempatan Rakyat Pilih Bupati Baru
- Hasil Rekapitulasi Suara Pilgub, Sebanyak 1,7 Juta Warga Sumsel Golput
- Amplop Politik dan Pilgub Sumsel 2024: Mengungkap Anomali Demokrasi dan Politik Lokal