Pendidikan Vokasi Dibutuhkan Untuk Dongkrak UMKM

Ilustrasi pelaku UMKM. (Ist/RMOL.id)
Ilustrasi pelaku UMKM. (Ist/RMOL.id)

Ketua Umum CEO Business Forum, Jahja Sunarjo menilai, UMKM membutuhkan  kemampuan riset untuk dapat mengembangkan diri dan berekspansi. Hanya saja, para pelaku UMKM sudah sibuk dengan produksi, sehingga tak sempat untuk riset.


”Atas alasan itu, dibutuhkan andil pihak ketiga dari vokasi atau akademisi untuk membantu proses riset mereka,” kata Jahja Sunarjo dalam webinar Seri Diskusi Riset Keilmuan Terapan Pendidikan Tinggi Vokasi yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, beberapa waktu lalu.

Jahja menyarankan agar lulusan politeknik, SMK, dan universitas yang tidak tertampung kembali ke daerah masing-masing dan menjadi motor UMKM. Dengan begitu, UMKM menjadi lebih tangguh dan memiliki manajerial yang lebih baik.

“Digitalisasi juga akan lebih cepat terjadi karena generasi muda ini yang akan membawa perubahan ke daerahnya masing-masing,” ujar Jahja.

Di satu sisi, Tim Riset Keilmuan Terapan Kemdikbudristek Heddy Agah menguraikan, pendidikan vokasi membutuhkan tempat untuk pelatihan. Mereka juga dituntut untuk bisa bekerja sama dengan UMKM serta pelaku industri skala besar atau kecil.

Salah satu solusi yang diberikan adalah Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen PT Vokasi. Program ini digagas oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek dengan sumber dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Tujuannya menciptakan riset terapan yang berbasis pada demand driven atau persoalan rill yang dihadapi langsung, baik oleh dunia usaha dan dunia industri (DUDI) maupun masyarakat.

“Kami berusaha menyambungkan apa yang diberikan dunia vokasi dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di industri,” urainya. 

Diakui, sektor koperasi dan UMKM merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap ketahanan sektor UMKM. Sebanyak 78 persen dari 64 juta UMKM di Indonesia bahkan sudah diambang kegalauan atau kesusahan.

Karena itu, sektor ini harus menjadi prioritas untuk diselamatkan saat ini karena keduanya menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia dalam 5 hingga 10 tahun ke depan.