Konflik gajah dan manusia di wilayah Sumsel, khususnya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sudah sering terjadi.
- Malaysia Bakal Keluarkan Aturan Baru Larangan Merokok dan Vaporiser, Ini Alasannya
- Pepsi dan Coca Cola Terancam Kekurangan Pasokan Bahan Baku Akibat Konflik
- Dua Helikopter Bell TNI AD Selesai Overhaul, Pemeliharaan Alutsista untuk Wujudkan Zero Accident
Baca Juga
Untuk mencegah hal itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel melakukan pemasangan alat pelacak yakni Global Positioning System (GPS) Collar terhadap dua kelompok gajah liar yang hidup di Kantong Habitat Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI.
“Ini merupakan upaya mitigasi konflik sekaligus memantau jalur jelajah gajah Sumatera yang saat ini nyaris terancam punah,” ujar Kepala BKSDA Sumsel, Ujang Wisnu Barata dalam keterangan resminya, Minggu (15/5).
Ujang mengatakan, proses pemasangan alat tersebut telah dilakukan sejak April. Sebelum dipasang, pihaknya melakukan survei terlebih dahulu terhadap gajah yang hidup di kawasan konservasi tersebut.
“Kami melakukan survei terlebih dahulu untuk mengetahui posisi kelompok gajah. Selanjutnya baru dilakukan pemasangan alat,” ucapnya.
GPS Collar sendiri merupakan alat pelacak yang dapat mengetahui posisi gajah. Sehingga, apabila ada pergerakan ke wilayah rawan potensi konflik ataupun ke pemukiman manusia, bisa langsung terdeteksi.
“Jadi bisa dilakukan upaya antisipasi apabila ada pergerakan ke wilayah pemukiman penduduk,” tandasnya.
- Sulit Dievakuasi, Gajah Liar Tersesat di Pemukiman Warga OKI
- Gajah Liar Kembali Masuk Pemukiman di OKI, BKSDA Sumsel Minta Warga Tak Gunakan Kekerasan
- Kawanan Gajah Masuk ke Pemukiman di Musi Rawas, Rusak Puluhan Pondok dan Ladang Warga