Konflik gajah dan manusia di wilayah Sumsel, khususnya Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) sudah sering terjadi.
- Aktivis Desak Perpanjangan dan Perkuat Inpres Moratorium Sawit
- Harga Hotel Tembus Rp 1,4 Juta Per Malam, Pengungsi Sudan Pilih Buat Tenda di Pinggir Pantau Laut Merah
- Tesla Teken Kontrak Pembelian Nikel Senilai Rp74 Triliun dari Indonesia
Baca Juga
Untuk mencegah hal itu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel melakukan pemasangan alat pelacak yakni Global Positioning System (GPS) Collar terhadap dua kelompok gajah liar yang hidup di Kantong Habitat Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI.
“Ini merupakan upaya mitigasi konflik sekaligus memantau jalur jelajah gajah Sumatera yang saat ini nyaris terancam punah,” ujar Kepala BKSDA Sumsel, Ujang Wisnu Barata dalam keterangan resminya, Minggu (15/5).
Ujang mengatakan, proses pemasangan alat tersebut telah dilakukan sejak April. Sebelum dipasang, pihaknya melakukan survei terlebih dahulu terhadap gajah yang hidup di kawasan konservasi tersebut.
“Kami melakukan survei terlebih dahulu untuk mengetahui posisi kelompok gajah. Selanjutnya baru dilakukan pemasangan alat,” ucapnya.
GPS Collar sendiri merupakan alat pelacak yang dapat mengetahui posisi gajah. Sehingga, apabila ada pergerakan ke wilayah rawan potensi konflik ataupun ke pemukiman manusia, bisa langsung terdeteksi.
“Jadi bisa dilakukan upaya antisipasi apabila ada pergerakan ke wilayah pemukiman penduduk,” tandasnya.
- Tujuh Rumah di Lampung Rusak Diamuk Kawanan Gajah
- Bukit Asam Selamatkan Puluhan Jenis Anggrek Langka Melalui Program Rescue and Release
- Dua Ekor Gajah Liar Masuki Pemukiman Warga di Aceh Barat