Panggilan Hati, Agus Mulyono Dedikasikan Hidupnya Untuk Mengurus ODGJ di Palembang

Agus Mulyono(46) bersama pasien ODGJ di Yayasan Bagus Mandiri Insani (BMI)/Foto: Adam Rachman
Agus Mulyono(46) bersama pasien ODGJ di Yayasan Bagus Mandiri Insani (BMI)/Foto: Adam Rachman

Yayasan Bagus Mandiri Insani sudah menjadi rumah bagi para ODGJ dan tunawisma yang berasal dari beberapa kabupaten di Sumatera Selatan.


 Seorang pasien ODGJ berada dalam ruang huni di Yayasan Bagus Mandiri Insani (BMI)/Foto:Adam Rachman

Saat ini terdapat 142 Orang Dengan Gangguan Jiwa yang dirawat di yayasan yang dikelola secara swadaya ini. Yayasan yang kerap disebut Panti ODGJ ini didirikan Agus Mulyono sejak tujuh tahun lalu.

Agus yang memang memiliki latar belakang tenaga kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Palembang, dirinya rela meninggalkan rumahnya untuk dijadikan panti rehabilitasi ODGJ yang diberi nama Yayasan Bagus Mandiri Insani pada 2016 lalu.

Dengan tatap mata penuh harap dan senyum lebar, Agus perlahan menceritakan awal mula mendirikan yayasan BMI yang berlokasi di Jalan Sampurna 2, Kelurahan Talang Betutu, Kecamatan Sukarami Kota Palembang. 

"Memanusiakan manusia mas," itulah kata yang pertama kali diucapkan Agus Mulyono saat RMOL Sumsel mengunjungi Yayasan BMI, Senin (19/9) lalu. 

 Seorang pasien gangguan jiwa yang mengambil obat rutin di Yayasan Bagus Mandiri Insani (BMI)/Foto: Adam Rachman

Lebih lanjut dia mengatakan dirinya tak sendiri dalam merawat pasien, ia ditemani oleh lima relawan dengan latar belakang yang sama dengannya. Setiap hari, seluruh pasien diberi makan tiga hingga empat kali dalam seharinya. 

Mereka diobati dengan berbagai macam obat yang diracik oleh  Ria (24) salah satu dari relawan tersebut.

"Banyak saudara kita yang mengalami gangguan kejiwaan dan hidup di jalanan, hingga dianggap meresahkan bagi masyarakat, hal itulah yang membuat saya berniat untuk mendirikan rumah tinggal bagi mereka yang mempunyai latar belakang kejiwaan," ucap Agus sembari melihat ke arah ruang kamar yang berisi puluhan ODGJ.

Dia menceritakan keseharian pasien yang dirawat pada yayasan yang diatur pola hidupnya mulai dari makan sampai ibadah. 

"Di sini kami menekankan semangat kehidupan kepada mereka yang dirawat, setiap pagi kita olah raga kemudian sarapan, dan setiap malam diadakan pengajian selepas shalat Magrib," terangnya.

Sejumlah Pasien ODGJ mengerjakan ibadah shalat maghrib di Yayasan Bagus Mandiri Insani (BMI)/Foto: Adam Rachman

Pada awalnya, perjuangan Agus tak mudah, ia harus mencukupi biaya makan, biaya obat, hingga pakaian seluruh pasiennya. Ia menceritakan, pada awalnya sang istri sempat ragu dengan keadaan finansial yang dirasa belum cukup untuk menghidupi ratusan orang.

"Kalau dipikir dengan akal sehat, mungkin kami tidak mampu dalam mencukupi kehidupan mereka, namun selama waktu berjalan ini banyak masyarakat yang membantu Yayasan kita ini," ucap agus dengan suara pelan.

Setelah ibadah shalat maghrib, sejumlah pasien ODGJ melakukan pengajian rutin di Yayasan Bagus Mandiri Insani (BMI)/Foto:Adam Rachman

Suasana yayasan tersebut perlahan mulai ramai dengan luas wilayah sekitar 500 meter persegi yang berlokasi di pinggiran kota Palembang, para relawan dan dibantu pasien yang sudah bisa diajak membantu pekerjaan mulai bersiap menyajikan makan malam.

Setelah makan, para pasien mulai bersiap untuk mengantri obat yang sudah disiapkan oleh relawan Yayasan BMI, kemudian dilanjutkan dengan shalat Magrib berjamaah, dan penutupnya mereka mengaji seperti biasanya.