Kebakaran berulang di areal perkebunan tebu PTPN VII Cinta Manis disebut berasal dari aktivitas pembukaan lahan oleh masyarakat. Lahan yang dimanfaatkan masyarakat tersebut merupakan areal konsesi perusahaan yang tidak dipergunakan sebagai kawasan produksi tanaman tebu.
- Kebakaran di LA, Kemenlu Pastikan Tak Ada WNI yang Jadi Korban
- Tak Diberi Uang, Anak di Lubuklinggau Hendak Bakar Rumah Orang Tua
- 2 Lantai Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Hangus Terbakar
Baca Juga
Klarifikasi ini disampaikan oleh Asisten Umum PTPN VII Cinta Manis Domu J Simanungkalit kepada Kantor Berita RMOL Sumsel terkait data yang disampaikan oleh Kementerian LHK mengenai kebakaran berulang di wilayah perusahaannya.
“Letaknya itu di pinggiran lahan konsesi kami yang memang tidak bisa ditanami tebu karena letaknya yang terlalu rendah atau berbentuk lereng. Lahan inilah yang sering dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan bercocok tanam,” katanya, Rabu (21/9).
Menurutnya, sejak 2015 lalu, PTPN VII Cinta Manis telah menggagas pengolahan tebu hijau. Metode ini merupakan pengolahan tanaman atau cara memanen tebu dengan cara tanpa bakar.
“Kalaupun terjadi kebakaran di areal perkebunan, itu musibah yang tidak diinginkan dan direncanakan,” katanya.
Untuk diketahui, lahan konsesi PTPN VII seluas sekitar 20 ribu hektar dibagi menjadi lima rayon. Domu menyebut kejadian tersebut terjadi di salah satu rayon perkebunan PTPN VII Cinta Manis.
Dijelaskannya, aktivitas masyarakat yang membuka lahan untuk bercocok tanam di areal konsesi sebenarnya dilarang. Hanya saja, pihaknya memiliki kebijakan untuk memperbolehkan masyarakat memanfaatkan lahan yang tidak ditanami tebu.
Nah, lahan yang tersebut merupakan lahan semak belukar. “Salahnya masyarakat yang membuka lahan itu melakukannya dengan cara membakar. Api inilah yang menyebabkan kebakaran. Tapi langsung kami padamkan agar tidak meluas dan bisa segera kami atasi,” ungkapnya.
Menurutnya, kebakaran yang kerap berulang tak hanya disebabkan oleh aktivitas pembukaan lahan oleh masyarakat. Faktor lainnya yakni akses masuk dan keluar perkebunan yang sangat mudah.
“Berbeda dengan perkebunan sawit yang dibatasi kanal, perkebunan tebu tidak bisa seperti itu. Ini merupakan salah satu pemicu tindakan orang yang tidak bertanggung jawab,” bebernya.
Domu mengatakan, upaya yang paling bisa dilakukan perusahaan yakni meningkatkan patroli rutin dan intensitas pengawasan dari menara pantau. PTPN VII Cinta Manis memiliki sekitar 42 titik menara pemantau di seluruh rayon.
Selain itu, pihaknya juga melakukan perkuatan personel. Saat ini, personel khusus pemadam kebakaran yang dimiliki sebanyak enam regu yang berisi masing-masing 15 personel.
Terkait kebakaran tersebut, Domu mengaku telah 'dikunjungi' oleh tim dari DLHP Provinsi Sumsel. “Kalau surat belum, tetapi mereka (tim Gakkum Dinas LHP Provinsi Sumsel) ke lapangan dan melakukan survey, kita sampaikan apa yang bisa disampaikan ke mereka,” terangnya.
Sesuai Permentan No. 5/2018 tentang Pembukaan Dan/Atau Pengolahan Lahan Perkebunan Tanpa Membakar, pihaknya juga selalu bersiaga melakukan upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran kebun.
Beberapa upaya dilakukan dengan cara menyewa mobil yang bisa dimodifikasi dengan tangki dan dibuat pompa air agar bisa menjadi kendaraan gerak cepat dalam menjangkau lahan yang terbakar.
“Kemudian yang sudah berjalan sejak awal, alat yang ada di kebun seperti traktor mekanis, traktor penarik, semuanya dimodifikasi dengan tarikan tangki di belakangnya. Pada pagi hari difungsikan sebagai penyedia air untuk herbisida. Saat siang, difungsikan sebagai tangki pemadam kebakaran,” bebernya.
Menurutnya, langkah tersebut terbilang efektif mengingat lokasi lahan yang tidak bisa dijangkau dengan mobil pemadam kebakaran seperti yang ada di kota.
“Topografi kebun tebu tidak selalu landai atau datar kan. Posisinya bergelombang dan sering membuat mobil biasa nyangkut. Yang paling bisa ya traktor itu,” tandasnya.
- Menko Polkam: Pemerintah Tambah Desk Baru untuk Kebakaran Hutan dan TPPO
- Kebakaran di LA, Kemenlu Pastikan Tak Ada WNI yang Jadi Korban
- Tak Diberi Uang, Anak di Lubuklinggau Hendak Bakar Rumah Orang Tua