Okupansi Transmusi Ternyata Hanya 6,9 Persen

Wali Kota Palembang Harnojoyo. (hummaidy kenedy/rmolsumsel.id)
Wali Kota Palembang Harnojoyo. (hummaidy kenedy/rmolsumsel.id)

Tingkat keterisian Transmusi di Kota Palembang ternyata masih sangat rendah. Selama Pandemi, okupansi penumpang yang menaiki moda transportasi massal tersebut hanya 6,9 persen dari total kapasitas angkut.


Pengamat Transportasi Sumsel, Erika Buchori mengatakan, minimnya penggunaan transportasi massal oleh masyarakat lebih disebabkan faktor Pandemi Covid-19. “Karena Pandemi, masyarakat tidak mau naik transportasi massal karena bisa menyebabkan kerumunan. Makanya, okupansinya menurun drastis dari biasanya,” kata Erika usai menghadiri rapat bersama Menhub RI, Budi Karya Sumardi di Griya Agung, Kamis (6/1).

Erika mengatakan, kedepannya angkutan massal diharapkan dapat meningkatkan pelayanannya. Terutama dalam pelaksanaan protokol kesehatan di dalam kendaraan. “Sehingga masyarakat memiliki kepercayaan karena adanya jaminan rasa aman tidak tertular Covid-19,” ungkapnya.

Wali Kota Palembang, Harnojoyo mengatakan, okupansi penumpang khusus Transmusi mengalami penurunan yang cukup signifikan saat Pandemi Covid-19. “Kalau khusus Transmusi, okupansi penumpang hanya 6,9 persen,” terangnya.

Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan, keberadaan angkutan massal di Kota Palembang saat ini menjadi yang paling lengkap di Indonesia. Mulai dari angkutan darat seperti Bus Rapid Transit (BRT) dan opelet, angkutan kereta api ringan (LRT), hingga angkutan sungai. Hanya saja, satu sama lain belum terintegrasi.

“Untuk bus saja itu ada dua. Yakni BRT Transmusi dan BTS Teman Bus. Belum lagi angkutan lainnya.Kedepannya ini akan kita integrasikan. Tadi juga sudah dibahas dengan Pak Menteri dan Gubernur,” ucapnya.

Salah satu langkah integrasi yang akan dilakukannya dengan menyatukan koridor BRT Transmusi dan BTS teman Bus. Selama ini, BRT Transmusi mengangkut penumpang di 4 koridor. Sementara BTS Teman Bus di 3 koridor. “Tujuh rute atau koridor ini akan kita integrasikan menjadi 5 koridor,” ungkapnya.

Selain itu, bus tersebut akan diintegrasikan dengan angkutan massal lain. Sehingga, ada satu kesatuan antara moda yang satu dengan lainnya. “Subsidinya juga nanti bisa dibagi. Misal Kementerian nanti tanggung berapa. Lalu provinsi dan Kota juga berapa. Jadi kami tidak akan menghilangkan subsidi untuk angkutan massal penumpang ini,” tuturnya.

Dia menargetkan, angka okupansi penumpang angkutan massal di Palembang bisa mencapai 60 persen setelah seluruh angkutan terintegrasi.  “Pelayanan transportasi kepada masyarakat juga bisa lebih maksimal lagi kedepannya,” pungkasnya.