Menlu Retno: Niat Rusia-Ukraina untuk Berdamai Masih Rendah

Menlu Retno Marsudi dalam seminar Lemhanas/ist
Menlu Retno Marsudi dalam seminar Lemhanas/ist

Konflik antara Rusia dan Ukraina yang kian memanas, semakin sulit menemui kata perdamaian ketika belum kuatnya keinginan untuk damai dari kedua negara.


Begitu dikatakan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat menyinggung kunjungan Presiden RI Joko Widodo pada beberapa bulan yang lalu, ke Kyiv dan Moskow untuk menengahi konflik ini.

Dalam pidatonya di Seminar PPRA 64 Lemhannas, Menlu Retno mengatakan upaya menjembatani perdamaian yang dilakukan oleh Jokowi sejauh ini belum terlihat hasilnya. Sebab baik Ukraina maupun Rusia, keduanya masih terus dikuasai oleh nafsu perang yang terus membara.

"Hasilnya? belum kelihatan. Kenapa belum kelihatan? Karena appetite untuk menyelesaikan masalah masih sangat rendah. Kedua pihak yang terkait masih mengedepankan pendekatan yang bukan perdamaian," kata Retno dalam pidatonya pada Selasa (11/10).

Lebih lanjut, Retno mengatakan, ia tidak bisa memprediksi sampai kapan perang yang juga berdampak pada banyaknya krisis ini akan terus berlangsung.

Namun Retno menyebut bahwa negara-negara berkembang sejauh ini paling banyak merasakan dampak nyata dari krisis yang disebabkan oleh konflik ini. Sebab Rusia dan Ukraina memiliki posisi penting dalam rantai pasokan global.

"Sampai kapan perang akan berlangsung? kapan akan berakhir? To be honest, kita tidak tahu kapan perang dapat selesai dan sepanjang perang terus berlangsung dampaknya pun akan sangat dirasakan terutama oleh negara berkembang," kata Retno.

Akan tetapi dalam menanggapi konflik kedua negara ini Retno menegaskan bahwa posisi Indonesia masih tetap sama, yaitu terus menghormati kedaulatan serta integritas wilayah dari negara lain.

Menurut Retno, RI juga konsisten bersikap bahwa konflik harus diselesaikan secara damai di meja perundingan dan bukan di medan perang.