Identik dengan kacamata hitam serta baju batik, Sahilin yang dikenal sebagai seniman tembang batanghari sembilan ternyata mewarisi hobi ayahnya, Mat Soleh yang kerap mendendangkan lagu ketika berkebun beberapa tahun silam.
Lahir di Dusun Benawe, Kecamatan Tanjung Lubuk, Ogan Komering Ilir Tahun 1954 Sahilin kemudian melanjutkan hobinya, mendendangkan lagu yang kebanyakan berisi syair nasehat berbahasa lokal Sumatera Selatan (sumsel) sejak Tahun 1973.
Ditahun itu, Sahilin diajak oleh temannya, H. Arif untuk menjadi pengisi acara di salah satu radio di sumsel.
Konsistensi Sahilin di bidang seni batang hari sembilan mendapatkan gelar Maestro Seni untuk pemantun gitar batang hari Sembilan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata pada tahun 2007.
Maka tak heran jika banyak penghargaan yang disematkan kepada Sahilin atas pengabdiannya di bidang seni.
Walaupun Sahilin dikenal sebagai penyair batang hari sembilan, masih banyak yang belum mengetahui tentang syair batang hari sembilan.
Dilansir dari Wikipedia, batang hari sembilan merupakan istilah untuk irama musik dengan petikan gitar tunggal yang berkembang di Wilayah Sumatera Bagian Selatan.
Dalam pengertian yang lebih luas, Batanghari Sembilan adalah kebudayaan yang berbasis pada sungai. Kebudayaan ini adalah kebudayaan agraris yang selaras dengan alam. Musik yang diekspresikan dari budaya ini bernuansa romantik, melankolik dan naturalistik.
Pengambilan nama Batanghari Sembilan itu sebenarnya mengikut kepada adanya sembilan anak sungai Musi.
Pada masa lalu, masyarakat menggunakan alat musik gitar, suling, serdam dan ginggung untuk mengiringi syair batang hari sembilan.
Diberitakan sebelumnya, Sahilin dikabarkan tutup usia, Sabtu (25/2) sekitar pukul 04.00 WIB.
- Amuyah, Lansia yang Terlantar di Lubuklinggau Wafat Usai Jalani Perawatan di Rumah Sakit
- Ucok Abdulrauf Damenta Apresiasi Dukungan Masyarakat dan Seniman Selama Menjabat PJ Walikota Palembang
- Mars Pertempuran 5 Hari 5 Malam Diciptakan sebagai Penghormatan kepada Pahlawan Palembang